Mahasiswa berasal dari
dua kata yang digabungkan, yaitu Maha dan Siswa. Maha yang artinya tertinggi
sedangkan siswa adalah bagian dari kaum pelajar. Jadi, Mahasiswa adalah orang
yang sedang mengenyam pendidikan di perguruan tinggi.
Mahasiswa adalah suatu bagian yang tidak terpisahkan dari negara karena peran pentingnya yang begitu besar terhadap majunya sebuah peradaban yang sedang dibangun oleh bangsa ini. Peradaban yang mempunyai cita cita luhur dan mulia, yaitu menuju Indonesia yang makmur dan sejahtera.
Mahasiswa juga dapat dikatakan sebuah komunitas yang sangat unik yang berada di tengah tengah (middle community), masyarakat dengan kesempatan dan kelebihan yang dimilikinya. Berdasarkan kelebihan dan kesempatan yang dimilikinya, maka tidak pantaslah seorang mahasiswa mementingkan kepentingan pribadi (apatis) tanpa memberikan sumbangsih terhadap bangsa dan negaranya.
Mahasiswa mempunyai tempat tersendiri di dalam tubuh masyarakat yang berarti bukan bagian yang terpisahkan dari lingkungan masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu, mahasiswa dapat dirumuskan perihal peran dan fungsi mahasiswa untuk peradaban bangsa Indonesia.
1. Mahasiswa sebagai Iron Stock
Mahasiswa adalah bagian dari sebuah harapan kecil masyarakat yang diharapkan dapat merubah kondisi bangsa yang saat ini semakin runyam akibat dari berbagai permasalahan yang terjadi, baik itu masalah politik, ekonomi, pendidikan, kesehatan, sandang dan juga pangan. Mahasiswa yang diharapkan lahir menjadi pemimpin pemimpin tangguh, berakhlak mulia dan intelektual serta kritis terhadap kondisi bangsanya.
Sejarah telah melahirkan banyak cerita tentang peranan pemuda dan kaum pelajar (mahasiswa) dalam perubahan kondisi bangsa dan negaranya mulai dari zaman kenabian, zaman kolonialisme hingga zaman reformasi.
2. Mahasiswa sebagai Guardian of Value
Mahasiswa berperan sebagai penjaga nilai nilai moral di dalam masyarakat. Nilai nilai yang harus dijaga mahasiswa adalah nilai nilai yang bersifat mutlak serta tidak ada lagi keraguan didalamnya.
Sebagai Agen Guardian of Value, sudah seharusnya mahasiswa menjadi contoh yang baik di lingkungan masyarakat serta juga menjadi bagian untuk mencegah hal hal yang merusak nilai nilai moral yang saat ini sedang merongrong kehidupan para pemuda.
3. Mahasiswa sebagai Agent of Change
Mahasiswa berperan sebagai Agen Perubahan. Mahasiswa yang diharapkan oleh masyarakat menjadi bagian dari perubahan dan aktor yang membawa bangsa ini menjadi lebih baik, lebih bermartabat, lebih makmur, lebih sejahtera dan lebih tentram.
Mahasiswa seharusnya menjadi garda terdepan dalam mengawal serta melakukan perubahan yang sejak lama diimpikan oleh masyarakat banyak dikarenakan mahasiswa adalah kaum serta golongan yang "eksklusif".
Perubahan itu sendiri sebenarnya dapat dilihat dari dua pandangan. Pandangan pertama menyatakan bahwa tatanan kehidupan bermasyarakat sangat dipengaruhi oleh hal-hal bersifat materialistik seperti teknologi, misalnya kincir angin akan menciptakan masyarakat feodal, mesin industri akan menciptakan mayarakat kapitalis, internet akan menciptakan masyarakat yang informatif, dan lain sebagainya. Pandangan selanjutnya menyatakan bahwa ideologi atau nilai sebagai faktor yang mempengaruhi perubahan.
Sebagai mahasiswa nampaknya kita harus bisa mengakomodasi kedua pandangan tersebut demi terjadinya perubahan yang diharapkan. Itu semua karena kita berpotensi lebih untuk mewujudkan hal-hal tersebut.
Mahasiswa adalah suatu bagian yang tidak terpisahkan dari negara karena peran pentingnya yang begitu besar terhadap majunya sebuah peradaban yang sedang dibangun oleh bangsa ini. Peradaban yang mempunyai cita cita luhur dan mulia, yaitu menuju Indonesia yang makmur dan sejahtera.
Mahasiswa juga dapat dikatakan sebuah komunitas yang sangat unik yang berada di tengah tengah (middle community), masyarakat dengan kesempatan dan kelebihan yang dimilikinya. Berdasarkan kelebihan dan kesempatan yang dimilikinya, maka tidak pantaslah seorang mahasiswa mementingkan kepentingan pribadi (apatis) tanpa memberikan sumbangsih terhadap bangsa dan negaranya.
Mahasiswa mempunyai tempat tersendiri di dalam tubuh masyarakat yang berarti bukan bagian yang terpisahkan dari lingkungan masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu, mahasiswa dapat dirumuskan perihal peran dan fungsi mahasiswa untuk peradaban bangsa Indonesia.
1. Mahasiswa sebagai Iron Stock
Mahasiswa adalah bagian dari sebuah harapan kecil masyarakat yang diharapkan dapat merubah kondisi bangsa yang saat ini semakin runyam akibat dari berbagai permasalahan yang terjadi, baik itu masalah politik, ekonomi, pendidikan, kesehatan, sandang dan juga pangan. Mahasiswa yang diharapkan lahir menjadi pemimpin pemimpin tangguh, berakhlak mulia dan intelektual serta kritis terhadap kondisi bangsanya.
Sejarah telah melahirkan banyak cerita tentang peranan pemuda dan kaum pelajar (mahasiswa) dalam perubahan kondisi bangsa dan negaranya mulai dari zaman kenabian, zaman kolonialisme hingga zaman reformasi.
2. Mahasiswa sebagai Guardian of Value
Mahasiswa berperan sebagai penjaga nilai nilai moral di dalam masyarakat. Nilai nilai yang harus dijaga mahasiswa adalah nilai nilai yang bersifat mutlak serta tidak ada lagi keraguan didalamnya.
Sebagai Agen Guardian of Value, sudah seharusnya mahasiswa menjadi contoh yang baik di lingkungan masyarakat serta juga menjadi bagian untuk mencegah hal hal yang merusak nilai nilai moral yang saat ini sedang merongrong kehidupan para pemuda.
3. Mahasiswa sebagai Agent of Change
Mahasiswa berperan sebagai Agen Perubahan. Mahasiswa yang diharapkan oleh masyarakat menjadi bagian dari perubahan dan aktor yang membawa bangsa ini menjadi lebih baik, lebih bermartabat, lebih makmur, lebih sejahtera dan lebih tentram.
Mahasiswa seharusnya menjadi garda terdepan dalam mengawal serta melakukan perubahan yang sejak lama diimpikan oleh masyarakat banyak dikarenakan mahasiswa adalah kaum serta golongan yang "eksklusif".
Perubahan itu sendiri sebenarnya dapat dilihat dari dua pandangan. Pandangan pertama menyatakan bahwa tatanan kehidupan bermasyarakat sangat dipengaruhi oleh hal-hal bersifat materialistik seperti teknologi, misalnya kincir angin akan menciptakan masyarakat feodal, mesin industri akan menciptakan mayarakat kapitalis, internet akan menciptakan masyarakat yang informatif, dan lain sebagainya. Pandangan selanjutnya menyatakan bahwa ideologi atau nilai sebagai faktor yang mempengaruhi perubahan.
Sebagai mahasiswa nampaknya kita harus bisa mengakomodasi kedua pandangan tersebut demi terjadinya perubahan yang diharapkan. Itu semua karena kita berpotensi lebih untuk mewujudkan hal-hal tersebut.
Itu adalah sekelumit
cerita ideal seorang mahasiswa, terkait peran dan fungsinya di dunia kampus dalam
upaya perubahan nasional. Namun, disisi lain kita melihat sebuah realita
kebodohan dimana mahasiswa baru seakan-akan dijadikan babu di dunia pendidikan ini.
Kenapa begitu?
Karena tanpa disadari
mahasiswa baru hanya dijadikan babu oleh para senior-seniornya di kampus.
1. Disuruh-suruh
Ini adalah sifat babu
yang pertama. Sebenarnya tidak ada masalah, namun menjadi masalah jika yang
disuruh adalah hal-hal yg sangat jauh dari nilai-nilai pendidikan. Harapan yang
sebenarnya adalah yang disuruh merupakan hal yang positif, misalnya menyuruh
untuk mencari bahan-bahan kuliah, atau menyuruh kerja bakti membersihkan
kampus, dan hal-hal positif lainnya. Tapi sayangnya itu malah tidak dilakukan,
yang disuruh malah hal-hal yang negatif dan membodohi, MABA disuruh hormat
pohon, hormat matahari, jalan-jalan di parit, dan hal-hal bodoh lainnya.
Sungguh sangat menyedihkan.
2. Selalu salah
Ini merupakan sifat
yang jauh dari tatanan nilai moral mahasiswa. MABA yang seharusnya mendapatkan
pesan-pesan kebaikan malah terhambat oleh karena senior-seniornya yang selalu
menyalahkan mereka. Sikap ekstrim ini sedikit banyak akan mempengaruhi mindset
MABA tentang kebaikan, mereka akan mengira bahwa hal-hal yang selama ini
dianggap baik ternyata tidak baik, ini sangat berbahaya bagi perkembangan
attitude para insan akademis, terutama MABA.
3. Tidak bisa berkreasi
Kreatifitas adalah hak
seorang mahasiswa, bahkan kreatifitas dapat menunjang seseorang untuk berkarya
lebih banyak. Namun apa yang terjadi jika ruang-ruang kreatifitas itu ditutup
rapat? Mahasiswa hanya akan menjadi kaku dan tidak berkembang. MABA seharusnya
tidak diperlakukan seperti itu, karena kreatifitas sangat mereka butuhkan,
terlebih bagi mereka yang sedang mencari jati diri.
4. Terhina
Ini adalah dampak
terburuk dari hal-hal diatas. Ketika MABA sudah tidak bisa berkreasi, selalu
disalahkan dan disuruh-suruh dengan maksud ingin membodohi, maka mereka akan
menjadi sangat terhina. Kehinaan itu akan membuat status mahasiswa menjadi
sangat rendah, padahal mahasiswa adalah golongan intelektual dalam masyarakat.
Kepada MABA diharapkan
jangan mudah untuk mengikuti hal-hal yang membuat jati diri sebagai mahasiswa
menjadi tidak bagus, kenali lingkungan sekitar dan belajarlah dengan lingkungan
itu. Ini berarti MABA harus bisa memilih tempat-tempat yang membuat mereka
semakin merasakan esensi kemahasiswaannya. Mereka menjadi semakin cerdas,
bermartabat, teerhormat, dan disegani. Bukan menjadi MABA yang terhina dan
akhirnya membuat citra diri menjadi rendah.
Muhammad Iqbal Rasyidin
_Ketua Kaderisasi PD
KAMMI Medan_