Tampilkan postingan dengan label kiriman sahabat. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label kiriman sahabat. Tampilkan semua postingan

PERAN SEORANG PEMUDA MASA KINI



Peran kita sebagai seorang pemuda adalah salah satunya turut  serta dalam mewujudkan masyarakat yang berwawasan luas dan memiliki ilmu pengetahuan yang tinggi. Untuk bagaimana menggapai semua itu tidak mudah memang,namun kita bisa untuk melaksanakannya jika kesadaran membaca itu sudah mengalir dalam darah individual masing masing orang.
Tahukah kita ayat alquran yang pertama kali di turunkan ke dunia itu adalah surah al alaq yang artinya bacalah. meskipun sekarang ini banyak para pemuda bangsa kita berhasil dalam hal menciptakan sesuatu yang berguna bagi kemajuan masyarakat luas, bahkan berhasil dalam melakukan suatu penelitian serta menerapkannya dalam kehidupan sehari hari. sayang kita masih melihat banyak pemuda yang kurang dalam hal kemampuan membacanya, Dibandingkan dengan pemuda pemuda yang ada di belahan bumi sana, mereka bahkan dalam sekali seumur hidupnya paling kurang menyumbangkan puluhan buku untuk kemajuan negaranya. mereka tidak lagi hanya sekedar baru pandai membaca, akan tetapi membaca itu adalah makanan pokok bagi mereka sehari hari. Tanpa membaca mereka akan lemah, tidak mampu untuk menguasai peradapan dunia. jendela jendela ilmu mereka seakan akan tertutup oleh kemalasan yang di ciptakan oleh mereka sendiri.
 Seberapa pentingkah membaca itu? Sederhana saja jawabannya. ”anda tidak perlu membakar buku jika ingin menghancurkan suatu kebudayaan.perintahkan saja orang orang untuk berhenti membaca. itu sudah cukup”(ray bradbury,penulis amerika serikat ).
Ternyata sangatlah penting peran membaca untuk menambah kluwesan ilmu untuk kehidupan dunia akhirat, kita masih juga malas mengerjakan hal tersebut. Seharusnya sambil makan ada baiknya kita buka buku,di kantin,sambil jalan,bahkan ketika buang air pun hendaknya kita tetap bisa membaca. ada satu kisah yang penulis temukan,ini mungkin bisa membuat kita terinspirasi untuk membaca. seorang gadis yang masih berumur 8 tahun, baru setingkat kelas 3 sekolah dasar. tapi kecintaannya terhadap buku patut kita acungi jempol.  apapun yang di temuinya,baik itu buku,majalah,bahkan koran pembungkus cabe pun tidak luput dari matanya. Sambil jalan dia masih juga tekun membaca. tidak peduli dengan kawan kawannya yang  asyik bermain di tengah lapangan. dia menyendiri di bawah sebatang kayu besar hanya untuk membaca dongeng yang tadi siang baru di pinjamnya di perpustakaan sekolah.luar biasa bukan ? kenapa kita tidak bisa lakukan juga ! apa yang salah dengan diri kita ? kita tentu mempunyai pemahaman lebih. yang belum tentu gadis itu mengerti  jalan pikiran orang dewasa. Alasan klasik yang sering di temui pada diri seorang pemuda ketika di tanyakan kenapa anda malas membaca ?mereka menjawab “ saya sibuk mengurusi masalah maslah yang selalu memenuhi kepala saya. Terkadang kita memang harus belajar dari seorang anak kecil. mereka bisa fokus dalam melakukan sesuatu hal itu tidak terlepas dari ketenangan mereka dalam menyelesaikan suatu permasalahan.mereka tidak terlalu menghiraukan setiap masalah yang datang.bahkan mereka mempunyai tempat berlindung yang kuat untuk membantunya dalam menyelesaikan permasalahan permasalahan tersebut. dan kita tentu memiliki kemampuan yang  lebih dari anak kecil  yang hanya bisa mengandalkan kedua orang tuanya sebagai tempat berlindung, kita mempunyai tuhan,kita juga paham artinya hidup bermasyarakat,kita banyak memiliki sahabat,teman,bahkan relasi yang siap sedia membantu kita setiap saat.                          masih ragukah kita ??jangan setengah setengah untuk berbuat kebaikan.ingat kuncinya untuk menguasai dunia ini hanyalah satu,membaca. dan membaca itu luas cakupannya,tidak hanya otodiak dari buku saja,tapi seberapa pandai kita dalam hal membaca kehidupan.intinya sekali lagi adalah membaca. Apapun itu bentuknya bacalah,kita akan lebih berhati hati dalam mengarungi kehidupan yang sedang di jalani jika kita benar benar memahami apa makna dari yang kita baca.
Obat dari kegalauan.kesendirian,tidak ingin di gurui oleh orang lain tidak ada yang lebih berkhasiat daripada sebuah buku. dialah guru yang diam, tidak pernah marah,tidak pernah memaksa muridnya untuk terus terusan menghafal rumus ini,kalkulus itu ataupun yang lain lain.kapanpun kita mau kita bisa menemui dia. bahkan jika kita tertidur pun dia tidak pernah membangunkan kita untuk sekedar menyuruh mengulang hafalan lagi. Itulah hebatnya buku. Tinggal yang harus kita perbaiki metode hidup kita,masih malaskah untuk membaca atau berusaha mulai mencintai guru yang sangat pendiam tersebut. Allah swt saja berfirman dalam surah al mujaadilah(58):11)
“niscaya allah akan meniggikan orang orang beriman diantaramu dan orang orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”.
Tidak maukah kita menjadi hamba yang di tinggikan oleh tuhan derajatnya ? maka dari itu kewajiban kita adalah gali lah ilmu itu sebanyak banyaknya,selagi kita masih muda,masih mempunyai tulang yang kuat,badan yang sehat,serta otak yang masih belum begitu tercemar oleh racun racun dunia,kita optimalkan diri kita dengan membaca.bacalah apa yang kita sukai untuk menumbuhkan cinta kita terhadap buku. jika tetap memaksakan membaca hal yang kurang begitu diminati, percayalah tidak akan melekat ilmu itu sedikitpun di kepala kita.
Membaca itu adalah pondasi ilmu!!,miskin harta biasa,miskin ilmu merana,karena membaca adalah mata hati serta makanan jiwa bagi mereka yang haus akan ilmu pengetahuan.membaca adalah simbol kemajuan sebuah peradapan.dia lah yang membedakan peradapan maju dengan primitif.antara negara maju dan negara berkembang.melihat begitu pentingnya membaca ia pun di jadikan salah satu indeks bagi pembangunan manusia,yang sering dijadikan ukuran keberhasilan pembangunan sebuah negara. Seperti kata fislafat dari inggris  “cinta dan ilmu pengetahuan membawaku terbang ke nirwana,namun selalu kasih sayang terhadap sesama membawaku turun kembali ke bumi”.jangan lupa kita mempunyai andil  yang sangat besar terhadap generasi yang akan datang agar mereka terlahir sebagai orang orang yang cerdas,tidak dibutakan oleh dunia,karna membaca adalah salah satu pelita hati. karena dengan banyak membaca kita lebih mudah mengembangkan daya kreatif dan imajinasi yang membuat otak tambah cerdas.jadikanlh perpustakaan rumah kedua bagi kita,sebab ilmu adalah hal yang utama.

MASYARAKAT HANYA MEMILIH YANG TERSEDIA, BUKAN YANG BERKUALITAS DAN IDEAL. JADI PERAN KITA ??????



            Menarik sekali ungkapan yang dipaparkan oleh pak Anis Basweda dalam kuliah umum nya pada hari jumat tanggal 5 april lalu di Birek USU yang bertemakan Futur Leaders:Grass Root Understanding Global Competence, bahwa selama ini masyarakat kita dalam pemilu khusunya hanya memilih pemimpin yang tersedia dan disediakan oleh Parpol, terlepas apakah pemimpin tesebut berkualitas dan sesuai standar seorang pemimpin ideal ataupun tidak.
            Pernyataan ini banyak benarnya, ditinjau dan dilihat dari segi pendidikan  masyarakat Indonesia yang kebanyakan menengah kebawah dan kurang nya informasi yang adekuat tentang calon pemimpin yang disediakan partai ditambah dengan pintar nya partai-partai dalam memoles dan me-make over calon nya sehingga para calon pemimpin yang tersedia terlihat sempurna tanpa cela.
            Tidak mengapa kalau kemudian semua partai mengusung calon yang berkualitas dan ideal sebagai seorang pemimpin,baik dari segi agama maupun kompetensinya, namun dapat kita lihat hari ini bagaimana banyak nya masalah-masalah yang ditimbulkan para pemimpin kita yang pada akhirnya hanya mementingkan kepentingan beberapa pihak saja, buka kepentingan rakyat.
            Yang jadi pertanyaan kemudian adalah, kita bisa apa ????
banyak, sebagai mahaiswa yang InsyaAllah masih dan tetap idealis memegang nilai-nilai kebenaran demi mewujudkan masyarakat yang sejahtera di bumi pertiwi ini banyak yang dapat kita lakukan dalam memilah, memilih dan menyaring calon-calon yang di usung partai. mahasiswa bisa memainkan perannya sebagai pengawas dan penyeleksi calon-calon yang akan diusung untuk dipilih oleh rakyat. Seperti misalnya ada calon yang di usung oleh partai x, maka kita harus mencari tahu bebet, bobot nya, kita mulai mengawasi kehidupan sehari-harinya, jika kemudian diketahui ada cacatnya atau dengan kata lain tidak ideal sebagai pemimpin, kita bisa beberkan melalui media yang saat ini sedang tren dan memiliki peranan penting dalam membentuk opini masyarakat tentunya disertai bukti-bukti yang shahih.
            Setidak nya yang tersedia menjadi lebih baik dan masyarakat terbantu dalam memilih yang tersedia.mari kita bantu perpolitikan Indonesia. Salam muslim negarawan.



Tim Infokom

MABA= MAHASISWA ATAU BABU (?)



Mahasiswa berasal dari dua kata yang digabungkan, yaitu Maha dan Siswa. Maha yang artinya tertinggi sedangkan siswa adalah bagian dari kaum pelajar. Jadi, Mahasiswa adalah orang yang sedang mengenyam pendidikan di perguruan tinggi.

Mahasiswa adalah suatu bagian yang tidak terpisahkan dari negara karena peran pentingnya yang begitu besar terhadap majunya sebuah peradaban yang sedang dibangun oleh bangsa ini. Peradaban yang mempunyai cita cita luhur dan mulia, yaitu menuju Indonesia yang makmur dan sejahtera.

Mahasiswa juga dapat dikatakan sebuah komunitas yang sangat unik yang berada di tengah tengah (middle community), masyarakat dengan kesempatan dan kelebihan yang dimilikinya. Berdasarkan kelebihan dan kesempatan yang dimilikinya, maka tidak pantaslah seorang mahasiswa mementingkan kepentingan pribadi (apatis) tanpa memberikan sumbangsih terhadap bangsa dan negaranya.

Mahasiswa mempunyai tempat tersendiri di dalam tubuh masyarakat yang berarti bukan bagian yang terpisahkan dari lingkungan masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu, mahasiswa dapat dirumuskan perihal peran dan fungsi mahasiswa untuk peradaban bangsa Indonesia.

1. Mahasiswa sebagai Iron Stock

Mahasiswa adalah bagian dari sebuah harapan kecil masyarakat yang diharapkan dapat merubah kondisi bangsa yang saat ini semakin runyam akibat dari berbagai permasalahan yang terjadi, baik itu masalah politik, ekonomi, pendidikan, kesehatan, sandang dan juga pangan. Mahasiswa yang diharapkan lahir menjadi pemimpin pemimpin tangguh, berakhlak mulia dan intelektual serta kritis terhadap kondisi bangsanya.

Sejarah telah melahirkan banyak cerita tentang peranan pemuda dan kaum pelajar (mahasiswa)  dalam perubahan kondisi bangsa dan negaranya mulai dari zaman kenabian, zaman kolonialisme hingga zaman reformasi.

2. Mahasiswa sebagai Guardian of Value

Mahasiswa berperan sebagai penjaga nilai nilai moral di dalam masyarakat. Nilai nilai yang harus dijaga mahasiswa adalah nilai nilai yang bersifat mutlak serta tidak ada lagi keraguan didalamnya.

Sebagai Agen Guardian of Value, sudah seharusnya mahasiswa menjadi contoh yang baik di lingkungan masyarakat serta juga menjadi bagian untuk mencegah hal hal yang merusak nilai nilai moral yang saat ini sedang merongrong kehidupan para pemuda.

3. Mahasiswa sebagai Agent of Change

Mahasiswa berperan sebagai Agen Perubahan. Mahasiswa yang diharapkan oleh masyarakat menjadi bagian dari perubahan dan aktor yang membawa bangsa ini menjadi lebih baik, lebih bermartabat, lebih makmur, lebih sejahtera dan lebih tentram.

Mahasiswa seharusnya menjadi garda terdepan dalam mengawal serta melakukan perubahan yang sejak lama diimpikan oleh masyarakat banyak dikarenakan mahasiswa adalah kaum serta golongan yang "eksklusif".

Perubahan itu sendiri sebenarnya dapat dilihat dari dua pandangan. Pandangan pertama menyatakan bahwa tatanan kehidupan bermasyarakat sangat dipengaruhi oleh hal-hal bersifat materialistik seperti teknologi, misalnya kincir angin akan menciptakan masyarakat feodal, mesin industri akan menciptakan mayarakat kapitalis, internet akan menciptakan masyarakat yang informatif, dan lain sebagainya. Pandangan selanjutnya menyatakan bahwa ideologi atau nilai sebagai faktor yang mempengaruhi perubahan.

Sebagai mahasiswa nampaknya kita harus bisa mengakomodasi kedua pandangan tersebut demi terjadinya perubahan yang diharapkan. Itu semua karena kita berpotensi lebih untuk mewujudkan hal-hal tersebut.
Itu adalah sekelumit cerita ideal seorang mahasiswa, terkait peran dan fungsinya di dunia kampus dalam upaya perubahan nasional. Namun, disisi lain kita melihat sebuah realita kebodohan dimana mahasiswa baru seakan-akan dijadikan babu  di dunia pendidikan ini.
Kenapa begitu?
Karena tanpa disadari mahasiswa baru hanya dijadikan babu oleh para senior-seniornya di kampus.
1. Disuruh-suruh
Ini adalah sifat babu yang pertama. Sebenarnya tidak ada masalah, namun menjadi masalah jika yang disuruh adalah hal-hal yg sangat jauh dari nilai-nilai pendidikan. Harapan yang sebenarnya adalah yang disuruh merupakan hal yang positif, misalnya menyuruh untuk mencari bahan-bahan kuliah, atau menyuruh kerja bakti membersihkan kampus, dan hal-hal positif lainnya. Tapi sayangnya itu malah tidak dilakukan, yang disuruh malah hal-hal yang negatif dan membodohi, MABA disuruh hormat pohon, hormat matahari, jalan-jalan di parit, dan hal-hal bodoh lainnya. Sungguh sangat menyedihkan.
2. Selalu salah
Ini merupakan sifat yang jauh dari tatanan nilai moral mahasiswa. MABA yang seharusnya mendapatkan pesan-pesan kebaikan malah terhambat oleh karena senior-seniornya yang selalu menyalahkan mereka. Sikap ekstrim ini sedikit banyak akan mempengaruhi mindset MABA tentang kebaikan, mereka akan mengira bahwa hal-hal yang selama ini dianggap baik ternyata tidak baik, ini sangat berbahaya bagi perkembangan attitude para insan akademis, terutama MABA.
3. Tidak bisa berkreasi
Kreatifitas adalah hak seorang mahasiswa, bahkan kreatifitas dapat menunjang seseorang untuk berkarya lebih banyak. Namun apa yang terjadi jika ruang-ruang kreatifitas itu ditutup rapat? Mahasiswa hanya akan menjadi kaku dan tidak berkembang. MABA seharusnya tidak diperlakukan seperti itu, karena kreatifitas sangat mereka butuhkan, terlebih bagi mereka yang sedang mencari jati diri.
4. Terhina
Ini adalah dampak terburuk dari hal-hal diatas. Ketika MABA sudah tidak bisa berkreasi, selalu disalahkan dan disuruh-suruh dengan maksud ingin membodohi, maka mereka akan menjadi sangat terhina. Kehinaan itu akan membuat status mahasiswa menjadi sangat rendah, padahal mahasiswa adalah golongan intelektual dalam masyarakat.
Kepada MABA diharapkan jangan mudah untuk mengikuti hal-hal yang membuat jati diri sebagai mahasiswa menjadi tidak bagus, kenali lingkungan sekitar dan belajarlah dengan lingkungan itu. Ini berarti MABA harus bisa memilih tempat-tempat yang membuat mereka semakin merasakan esensi kemahasiswaannya. Mereka menjadi semakin cerdas, bermartabat, teerhormat, dan disegani. Bukan menjadi MABA yang terhina dan akhirnya membuat citra diri menjadi rendah.

Muhammad Iqbal Rasyidin
_Ketua Kaderisasi PD KAMMI Medan_

Dosa meninggalkan shalat fardhu


Para pembaca yang semoga selalu dirahmati oleh Allah Ta’ala. Kita semua pasti tahu bahwa shalat adalah perkara yang amat penting. Bahkan shalat termasuk salah satu rukun Islam yang utama yang bisa membuat bangunan Islam tegak. Namun, realita yang ada di tengah umat ini sungguh sangat berbeda. Kalau kita melirik sekeliling kita, ada saja orang yang dalam KTP-nya mengaku Islam, namun biasa meninggalkan rukun Islam yang satu ini. Mungkin di antara mereka, ada yang hanya melaksanakan shalat sekali sehari, itu pun kalau ingat. Mungkin ada pula yang hanya melaksanakan shalat sekali dalam seminggu yaitu shalat Jum’at. Yang lebih parah lagi, tidak sedikit yang hanya ingat dan melaksanakan shalat dalam setahun dua kali yaitu ketika Idul Fithri dan Idul Adha saja.
Memang sungguh prihatin dengan kondisi umat saat ini. Banyak yang mengaku Islam di KTP, namun kelakuannya semacam ini. Oleh karena itu, pada tulisan yang singkat ini saya akan mengangkat pembahasan mengenai hukum meninggalkan shalat. Semoga Allah memudahkannya dan memberi taufik kepada setiap orang yang membaca tulisan ini.
Para ulama sepakat bahwa meninggalkan shalat termasuk dosa besar yang lebih besar dari dosa besar lainnya
Ibnu Qayyim Al Jauziyah –rahimahullah- mengatakan, “Kaum muslimin bersepakat bahwa meninggalkan shalat lima waktu dengan sengaja adalah dosa besar yang paling besar dan dosanya lebih besar dari dosa membunuh, merampas harta orang lain, berzina, mencuri, dan minum minuman keras. Orang yang meninggalkannya akan mendapat hukuman dan kemurkaan Allah serta mendapatkan kehinaan di dunia dan akhirat.” (Ash Sholah, hal. 7)
Dinukil oleh Adz Dzahabi dalam Al Kaba’ir, Ibnu Hazm –rahimahullah- berkata, “Tidak ada dosa setelah kejelekan yang paling besar daripada dosa meninggalkan shalat hingga keluar waktunya dan membunuh seorang mukmin tanpa alasan yang bisa dibenarkan.” (Al Kaba’ir, hal. 25)

Adz Dzahabi –rahimahullah- juga mengatakan, “Orang yang mengakhirkan shalat hingga keluar waktunya termasuk pelaku dosa besar. Dan yang meninggalkan shalat secara keseluruhan -yaitu satu shalat saja- dianggap seperti orang yang berzina dan mencuri. Karena meninggalkan shalat atau luput darinya termasuk dosa besar. Oleh karena itu, orang yang meninggalkannya sampai berkali-kali termasuk pelaku dosa besar sampai dia bertaubat. Sesungguhnya orang yang meninggalkan shalat termasuk orang yang merugi, celaka dan termasuk orang mujrim (yang berbuat dosa).” (Al Kaba’ir, hal. 26-27)
Apakah orang yang meninggalkan shalat, kafir alias bukan muslim?
Dalam point sebelumnya telah dijelaskan, para ulama bersepakat bahwa meninggalkan shalat termasuk dosa besar bahkan lebih besar dari dosa berzina dan mencuri. Mereka tidak berselisih pendapat dalam masalah ini. Namun, yang menjadi masalah selanjutnya, apakah orang yang meninggalkan shalat masih muslim ataukah telah kafir?
Asy Syaukani -rahimahullah- mengatakan bahwa tidak ada beda pendapat di antara kaum muslimin tentang kafirnya orang yang meninggalkan shalat karena mengingkari kewajibannya. Namun apabila meninggalkan shalat karena malas dan tetap meyakini shalat lima waktu itu wajib -sebagaimana kondisi sebagian besar kaum muslimin saat ini-, maka dalam hal ini ada perbedaan pendapat (Lihat Nailul Author, 1/369).
Mengenai meninggalkan shalat karena malas-malasan dan tetap meyakini shalat itu wajib, ada tiga pendapat di antara para ulama mengenai hal ini.
Pendapat pertama mengatakan bahwa orang yang meninggalkan shalat harus dibunuh karena dianggap telah murtad (keluar dari Islam). Pendapat ini adalah pendapat Imam Ahmad, Sa’id bin Jubair, ‘Amir Asy Sya’bi, Ibrohim An Nakho’i, Abu ‘Amr, Al Auza’i, Ayyub As Sakhtiyani, ‘Abdullah bin Al Mubarrok, Ishaq bin Rohuwyah, ‘Abdul Malik bin Habib (ulama Malikiyyah), pendapat sebagian ulama Syafi’iyah, pendapat Imam Syafi’i (sebagaimana dikatakan oleh Ath Thohawiy), pendapat Umar bin Al Khothob (sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Hazm), Mu’adz bin Jabal, ‘Abdurrahman bin ‘Auf, Abu Hurairah, dan sahabat lainnya.
Pendapat kedua mengatakan bahwa orang yang meninggalkan shalat dibunuh dengan hukuman had, namun tidak dihukumi kafir. Inilah pendapat Malik, Syafi’i, dan salah salah satu pendapat Imam Ahmad.
Pendapat ketiga mengatakan bahwa orang yang meninggalkan shalat karena malas-malasan adalah fasiq (telah berbuat dosa besar) dan dia harus dipenjara sampai dia mau menunaikan shalat. Inilah pendapat Hanafiyyah. (Al Mawsu’ah Al Fiqhiyah Al Kuwaitiyah, 22/186-187)
Jadi, intinya ada perbedaan pendapat dalam masalah ini di antara para ulama termasuk pula ulama madzhab. Bagaimana hukum meninggalkan shalat menurut Al Qur’an dan As Sunnah? Silakan simak pembahasan selanjutnya.
Pembicaraan orang yang meninggalkan shalat dalam Al Qur’an
Banyak ayat yang membicarakan hal ini dalam Al Qur’an, namun yang kami bawakan adalah dua ayat saja.
Allah Ta’ala berfirman,
فَخَلَفَ مِنْ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا الصَّلَاةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوَاتِ فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيًّا إِلَّا مَنْ تَابَ وَآَمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا
“Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui al ghoyya, kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal saleh.” (QS. Maryam: 59-60)
Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhuma mengatakan bahwa ‘ghoyya’ dalam ayat tersebut adalah sungai di Jahannam yang makanannya sangat menjijikkan, yang tempatnya sangat dalam. (Ash Sholah, hal. 31)
Dalam ayat ini, Allah menjadikan tempat ini –yaitu sungai di Jahannam- sebagai tempat bagi orang yang menyiakan shalat dan mengikuti syahwat (hawa nafsu). Seandainya orang yang meninggalkan shalat adalah orang yang hanya bermaksiat biasa, tentu dia akan berada di neraka paling atas, sebagaimana tempat orang muslim yang berdosa. Tempat ini (ghoyya) yang merupakan bagian neraka paling bawah, bukanlah tempat orang muslim, namun tempat orang-orang kafir.
Pada ayat selanjutnya juga, Allah telah mengatakan,
إِلَّا مَنْ تَابَ وَآَمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا
“kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal saleh.” Maka seandainya orang yang menyiakan shalat adalah mukmin, tentu dia tidak dimintai taubat untuk beriman.
Dalam ayat yang lain, Allah Ta’ala berfirman,
فَإِنْ تَابُوا وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَآَتَوُا الزَّكَاةَ فَإِخْوَانُكُمْ فِي الدِّينِ
“Jika mereka bertaubat, mendirikan sholat dan menunaikan zakat, maka (mereka itu) adalah saudara-saudaramu seagama.” (QS. At Taubah [9]: 11). Dalam ayat ini, Allah Ta’ala mengaitkan persaudaraan seiman dengan mengerjakan shalat. Berarti jika shalat tidak dikerjakan, bukanlah saudara seiman. Konsekuensinya orang yang meninggalkan shalat bukanlah mukmin karena orang mukmin itu bersaudara sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ
“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara.” (QS. Al Hujurat [49]: 10)
Pembicaraan orang yang meninggalkan shalat dalam Hadits
Terdapat beberapa hadits yang membicarakan masalah ini.
Dari Jabir bin ‘Abdillah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
بَيْنَ الرَّجُلِ وَبَيْنَ الشِّرْكِ وَالْكُفْرِ تَرْكُ الصَّلاَةِ
“(Pembatas) antara seorang muslim dan kesyirikan serta kekafiran adalah meninggalkan shalat.” (HR. Muslim no. 257)
Dari Tsauban radhiyallahu ‘anhu -bekas budak Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam-, beliau mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
بَيْنَ العَبْدِ وَبَيْنَ الكُفْرِ وَالإِيْمَانِ الصَّلَاةُ فَإِذَا تَرَكَهَا فَقَدْ أَشْرَكَ
“Pemisah Antara seorang hamba dengan kekufuran dan keimanan adalah shalat. Apabila dia meninggalkannya, maka dia melakukan kesyirikan.” (HR. Ath Thobariy dengan sanad shohih. Syaikh Al Albani mengatakan hadits ini shohih. Lihat Shohih At Targib wa At Tarhib no. 566).
Diriwayatkan dari Mu’adz bin Jabal, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
رَأْسُ الأَمْرِ الإِسْلاَمُ وَعَمُودُهُ الصَّلاَةُ
“Inti (pokok) segala perkara adalah Islam dan tiangnya (penopangnya) adalah shalat.” (HR. Tirmidzi no. 2825. Dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani dalam Shohih wa Dho’if Sunan At Tirmidzi). Dalam hadits ini, dikatakan bahwa shalat dalam agama Islam ini adalah seperti penopang (tiang) yang menegakkan kemah. Kemah tersebut bisa roboh (ambruk) dengan patahnya tiangnya. Begitu juga dengan islam, bisa ambruk dengan hilangnya shalat.
Para sahabat ber-ijma’ (bersepakat) bahwa meninggalkan shalat adalah kafir
Umar mengatakan,
لاَ إِسْلاَمَ لِمَنْ تَرَكَ الصَّلاَةَ
“Tidaklah disebut muslim bagi orang yang meninggalkan shalat.”
Dari jalan yang lain, Umar berkata,
ولاَحَظَّ فِي الاِسْلاَمِ لِمَنْ تَرَكَ الصَّلاَةَ
“Tidak ada bagian dalam Islam bagi orang yang meninggalkan shalat.” (Dikeluarkan oleh Malik. Begitu juga diriwayatkan oleh Sa’ad di Ath Thobaqot, Ibnu Abi Syaibah dalam Al Iman. Diriwayatkan pula oleh Ad Daruquthniy dalam kitab Sunan-nya, juga Ibnu ‘Asakir. Hadits ini shohih, sebagaimana dikatakan oleh Syaikh Al Albani dalam Irwa’ul Gholil no. 209). Saat Umar mengatakan perkataan di atas tatkala menjelang sakratul maut, tidak ada satu orang sahabat pun yang mengingkarinya. Oleh karena itu, hukum bahwa meninggalkan shalat adalah kafir termasuk ijma’ (kesepakatan) sahabat sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnul Qoyyim dalam kitab Ash Sholah.
Mayoritas sahabat Nabi menganggap bahwa orang yang meninggalkan shalat dengan sengaja adalah kafir sebagaimana dikatakan oleh seorang tabi’in, Abdullah bin Syaqiq. Beliau mengatakan,
كَانَ أَصْحَابُ مُحَمَّدٍ -صلى الله عليه وسلم- لاَ يَرَوْنَ شَيْئًا مِنَ الأَعْمَالِ تَرْكُهُ كُفْرٌ غَيْرَ الصَّلاَةِ
“Dulu para shahabat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah pernah menganggap suatu amal yang apabila ditinggalkan menyebabkan kafir kecuali shalat.” Perkataan ini diriwayatkan oleh At Tirmidzi dari Abdullah bin Syaqiq Al ‘Aqliy seorang tabi’in dan Hakim mengatakan bahwa hadits ini bersambung dengan menyebut Abu Hurairah di dalamnya. Dan sanad (periwayat) hadits ini adalah shohih. (Lihat Ats Tsamar Al Mustathob fi Fiqhis Sunnah wal Kitab, hal. 52)
Dari pembahasan terakhir ini terlihat bahwasanya Al Qur’an, hadits dan perkataan sahabat bahkan ini adalah ijma’ (kesepakatan) mereka menyatakan bahwa orang yang meninggalkan shalat dengan sengaja adalah kafir (keluar dari Islam). Itulah pendapat yang terkuat dari pendapat para ulama yang ada.
Ibnul Qayyim mengatakan, “Tidakkah seseorang itu malu dengan mengingkari pendapat bahwa orang yang meninggalkan shalat adalah kafir, padahal hal ini telah dipersaksikan oleh Al Kitab (Al Qur’an), As Sunnah dan kesepakatan sahabat. Wallahul Muwaffiq (Hanya Allah-lah yang dapat memberi taufik).” (Ash Sholah, hal. 56)
Berbagai kasus orang yang meninggalkan shalat
[Kasus Pertama] Kasus ini adalah meninggalkan shalat dengan mengingkari kewajibannya sebagaimana mungkin perkataan sebagian orang, “Sholat oleh, ora sholat oleh.” [Kalau mau shalat boleh-boleh saja, tidak shalat juga tidak apa-apa]. Jika hal ini dilakukan dalam rangka mengingkari hukum wajibnya shalat, orang semacam ini dihukumi kafir tanpa ada perselisihan di antara para ulama.
[Kasus Kedua] Kasus kali ini adalah meninggalkan shalat dengan menganggap gampang dan tidak pernah melaksanakannya. Bahkan ketika diajak untuk melaksanakannya, malah enggan. Maka orang semacam ini berlaku hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menunjukkan kafirnya orang yang meninggalkan shalat. Inilah pendapat Imam Ahmad, Ishaq, mayoritas ulama salaf dari shahabat dan tabi’in.
[Kasus Ketiga] Kasus ini yang sering dilakukan kaum muslimin yaitu tidak rutin dalam melaksanakan shalat yaitu kadang shalat dan kadang tidak. Maka dia masih dihukumi muslim secara zhohir (yang nampak pada dirinya) dan tidak kafir. Inilah pendapat Ishaq bin Rohuwyah yaitu hendaklah bersikap lemah lembut terhadap orang semacam ini hingga dia kembali ke jalan yang benar. Wal ‘ibroh bilkhotimah [Hukuman baginya dilihat dari keadaan akhir hidupnya].
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah mengatakan, “Jika seorang hamba melakukan sebagian perintah dan meninggalkan sebagian, maka baginya keimanan sesuai dengan perintah yang dilakukannya. Iman itu bertambah dan berkurang. Dan bisa jadi pada seorang hamba ada iman dan nifak sekaligus. …Sesungguhnya sebagian besar manusia bahkan mayoritasnya di banyak negeri, tidaklah selalu menjaga shalat lima waktu. Dan mereka tidak meninggalkan secara total. Mereka terkadang shalat dan terkadang meninggalkannya. Orang-orang semacam ini ada pada diri mereka iman dan nifak sekaligus. Berlaku bagi mereka hukum Islam secara zhohir seperti pada masalah warisan dan semacamnya. Hukum ini (warisan) bisa berlaku bagi orang munafik tulen. Maka lebih pantas lagi berlaku bagi orang yang kadang shalat dan kadang tidak.” (Majmu’ Al Fatawa, 7/617)
[Kasus Keempat] Kasus ini adalah bagi orang yang meninggalkan shalat dan tidak mengetahui bahwa meninggalkan shalat membuat orang kafir. Maka hukum bagi orang semacam ini adalah sebagaimana orang jahil (bodoh). Orang ini tidaklah dikafirkan disebabkan adanya kejahilan pada dirinya yang dinilai sebagai faktor penghalang untuk mendapatkan hukuman.
[Kasus Kelima] Kasus ini adalah untuk orang yang mengerjakan shalat hingga keluar waktunya. Dia selalu rutin dalam melaksanakannya, namun sering mengerjakan di luar waktunya. Maka orang semacam ini tidaklah kafir, namun dia berdosa dan perbuatan ini sangat tercela sebagaimana Allah berfirman,
وَيْلٌ لِلْمُصَلِّينَ (4) الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ (5)
“Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya.” (QS. Al Maa’un [107]: 4-5) (Lihat Al Manhajus Salafi ‘inda Syaikh Nashiruddin Al Albani, 189-190)
Penutup
Sudah sepatutnya kita menjaga shalat lima waktu. Barangsiapa yang selalu menjaganya, berarti telah menjaga agamanya. Barangsiapa yang sering menyia-nyiakannya, maka untuk amalan lainnya akan lebih disia-siakan lagi.
Amirul Mukminin, Umar bin Al Khoththob –radhiyallahu ‘anhu- mengatakan, “Sesungguhnya di antara perkara terpenting bagi kalian adalah shalat. Barangsiapa menjaga shalat, berarti dia telah menjaga agama. Barangsiapa yang menyia-nyiakannya, maka untuk amalan lainnya akan lebih disia-siakan lagi. Tidak ada bagian dalam Islam, bagi orang yang meninggalkan shalat.”
Imam Ahmad –rahimahullah- juga mengatakan perkataan yang serupa, “Setiap orang yang meremehkan perkara shalat, berarti telah meremehkan agama. Seseorang memiliki bagian dalam Islam sebanding dengan penjagaannya terhadap shalat lima waktu. Seseorang yang dikatakan semangat dalam Islam adalah orang yang betul-betul memperhatikan shalat lima waktu. Kenalilah dirimu, wahai hamba Allah. Waspadalah! Janganlah engkau menemui Allah, sedangkan engkau tidak memiliki bagian dalam Islam. Kadar Islam dalam hatimu, sesuai dengan kadar shalat dalam hatimu.” (Lihat Ash Sholah, hal. 12)
Oleh karena itu, seseorang bukanlah hanya meyakini (membenarkan) bahwa shalat lima waktu itu wajib. Namun haruslah disertai dengan melaksanakannya (inqiyad). Karena iman bukanlah hanya dengan tashdiq (membenarkan), namun harus pula disertai dengan inqiyad (melaksanakannya dengan anggota badan).
Ibnul Qoyyim mengatakan, “Iman adalah dengan membenarkan (tashdiq). Namun bukan hanya sekedar membenarkan (meyakini) saja, tanpa melaksanakannya (inqiyad). Kalau iman hanyalah membenarkan (tashdiq) saja, tentu iblis, Fir’aun dan kaumnya, kaum sholeh, dan orang Yahudi yang membenarkan bahwa Muhammad adalah utusan Allah (mereka meyakini hal ini sebagaimana mereka mengenal anak-anak mereka), tentu mereka semua akan disebut orang yang beriman (mu’min-mushoddiq).”
Al Hasan mengatakan, “Iman bukanlah hanya dengan angan-angan (tanpa ada amalan). Namun iman adalah sesuatu yang menancap dalam hati dan dibenarkan dengan amal perbuatan.” (Lihat Ash Sholah, 35-36)
Semoga tulisan yang singkat ini bermanfaat bagi kaum muslimin. Semoga kita dapat mengingatkan kerabat, saudara dan sahabat kita mengenai bahaya meninggalkan shalat lima waktu. Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat, wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shohbihi wa sallam.
Wasalam mu’alaikum wr.wb

Kepala departemen kaderisasi KAMMI Koms. Merah Putih

                                    Ibnu Aziz