Kemanakah Sosok Pahlawan Itu...?
Oleh: Adam Eko Prabowo
“Engkau adalah
pahlawan bangsa tanpa tanda jasa....”. Itulah penggalan lirik dari lagu “Himne
Guru” yang sering dinyanyikan ketika perpisahan sekolah. Kita semua tentunya
tahu bahwa keberadaan guru sangatlah penting. Tanpa guru tidak akan ada
orang-orang hebat, seperti Thomas A. Edison, Albert Einstein, Newton, dan
orang-orang hebat lainnya yang membawa pengaruh besar pada dunia. Rasulullah
sendiri menjadi seorang saudagar yang sukses juga berkat seorang guru, yaitu
pamannya sendiri, Abu Thalib. Rasulullah dan orang-orang hebat lainnya tentu
belajar dan mendapatkan inspirasi dari guru-guru mereka. Dengan demikian, tidak
dapat kita pungkiri lagi bahwa keberadaan seorang guru sangatlah penting,
bahkan mereka adalah sosok-sosok pahlawan yang tanpa lelah membimbing banyak
orang-orang sukses di muka bumi ini.
Namun, apakah semua
yang disebut guru itu pahlawan? Mungkin bisa dibilang “Guru=Pahlawan”. Namun,
kita jangan langsung menelan mentah-mentah pernyataan tersebut, kita harus
selidiki dahulu, apakah pernyataan tersebut benar atau ada sedikit
pengecualian? Mari kita mencoba menelusurinya perlahan-lahan.
Dahulu seorang guru
hanya memilki satu motivasi yang membuat mereka mau menurunkan ilmu mereka
kepada generasi mudanya. Mereka hanya ingin agar ilmu yang mereka miliki tidak
musnah begitu saja saat mereka mati. Mereka berjuang mati-matian untuk
mewariskan ilmu-ilmu yang mereka miliki. Mereka ingin agar generasi mudanya
dapat terus berkembang dengan mengembangkan ilmu-ilmu yang sudah mereka
ajarkan. Namun, entah mengapa semakin berkembangnya zaman, motivasi tersebut
sudah mulai jarang kita temui. Pernyataan “Guru=Pahlawan” memang pantas
disebutkan jauh sebelum era saat ini. Entah kenapa motivasi tersebut sudah
mulai hilang di jiwa beberapa guru saat ini. Kebanyakan mereka mengajar karena
ada motivasi lain, mungkin karena gaji atau yang lainnya. Mereka datang ke
sekolah atau kampus hanya untuk formalitas semata. Mereka mengajar seadanya
tanpa mengetahui bahwa ilmu yang mereka beri itu diterima atau tidak oleh anak
muridnya.
Fenomena-fenomena tersebut adalah sebuah realita yang tidak dapat dipungkiri
lagi pada beberapa guru yang terdapat di negara kita saat ini. Saya akan ambil
sebuah contoh, ini adalah potret kecil guru-guru yang ada di negara kita saat
ini. Entah kenapa, semakin berkembangnya zaman, kita malah sering bertemu
dengan para guru yang setiap bulannya sering mendapatkan gaji buta . Hal ini
biasa terjadi pada sebagian kecil kalangan guru yang menjabat sebagai
PNS, mereka yang setiap bulannya baik kerja maupun tidak, tetap mendapat gaji
yang sama besar. Hal ini bisa terjadi karena hanya sedikit dari mereka yang
memilki rasa tanggung jawab yang besar sebagai seorang guru. Kadang kala selama
kurang lebih 3 minggu, mereka sama sekali tidak datang ke sekolah untuk
mengajar, mereka menggunakan banyak alasan agar dimaklumi oleh murid dan pihak
sekolah. Informasi ini saya dapatkan langsung dari orang tua murid yang
mengeluhkan kinerja guru di sekolah anaknya.
Contoh lainnya, dapat
kita lihat pada sebagian kecil guru-guru sekolah menengah, mereka merasa
khawatir pada saat anak didiknya akan menghadapi ujian nasional. Karena rasa
khawatir yang berlebihan itu, akhirnya mereka berusaha keras agar anak muridnya
lulus dengan nilai yang memuaskan. Mereka membuat kunci jawaban sedemikian rupa
dan dengan cara-cara yang bervariasi kunci jawaban tersebut disebarkan ke
murid-muridnya. Dan yang membuat saya heran ternyata kebanyakan oknum yang
melakukan kecurangan tersebut biasanya berasal dari sekolah-sekolah yang
populer saat itu, alasannya tentu saja agar nama sekolah tidak hancur jika ada
siswa yang tidak lulus dengan nilai memuaskan.
Melihat fenomena-fenomena di atas coba kita bayangkan jika ada puluhan ribu
guru yang ada di Indonesia ini berperilaku seperti itu, tentu saja negara kita
akan mudah dihancurkan oleh negara asing. Sebuah negara dapat dikatakan kuat
dan berkembang dapat dilihat dari kualitas para generasi mudanya. Jika kualitas
para generasi mudanya sangat bagus , bisa dipastikan masa depan negara tersebut
akan cerah ke depannya karena terus berkembang dan semakin kuat dalam
menghadapi tantangan zaman. Akan tetapi, jika kualitas para generasi mudanya
buruk, bisa dipastikan negara tersebut ke depannya akan hancur dilindas negara
asing dan perkembangan zaman.
Islam mengajarkan kepada kita semua tentang pentingnya seorang guru dalam
sebuah program pendidikan. Di mata anak didiknya, guru adalah seorang yang
mereka anggap sebagai orang tua ketika di sekolah, namun ada juga yang
menganggapnya sebagai idola mereka. Mereka sangat menghormati dan senantiasa
melakukan apa yang guru lakukan, gerak-gerik atau sikap yang ditunjukkan pada
anak didiknya, bahkan kepribadian seorang guru pun ditiru oleh mereka. Dengan
demikian, sebagai seseorang yang keberadaannya sangat dibutuhkan, hendaknya
para guru yang masih belum memilki jiwa kepahlawanan itu harus segera sadar
akan hal-hal buruk yang bisa membuat anak didiknya gagal, karena ini bukan
menyangkut masalah kecil semata namun hal ini sudah menjadi masalah yang besar
sebab menyangkut masa depan bangsa yang dipegang kelak oleh para generasi muda.
Rasulullah pernah
bersabda, Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al-Qur'an dan mengajarkannya.
(H.R. Bukhary). Dari sabda Rasulullah tersebut dapat kita
lihat bahwa seorang guru disabdakan oleh Rasulullah adalah sosok manusia yang
terbaik dari manusia yang lain-lainnya karena mereka senantiasa mempelajari
ilmu-ilmu Allah dan juga berusaha untuk mengajarkannya kepada orang lain. Oleh
karena itu, para guru janganlah menganggap karena gaji seorang guru tidak
terlalu besar. Bahkan menganggap hal itulah yang membuat kerja tidak maksimal.
Pemikiran seperti inilah yang membuat bangsa ini bisa hancur ke depannya.
Ubahlah cara pemikiran seperti itu. Bekerjalah sebagai seorang guru yang
profesional dalam mendidik, buatlah sebuah niatan yang tulus dari dalam diri
untuk melaksanakan satu tujuan mulia ini, yaitu mendidik para generasi muda,
generasi yang kelak akan menggantikan pemerintahan negara ini saat generasi
sekarang renta nantinya. Kata-kata yang diucapkan oleh John Wesley ini akan
membuat sebuah motifasi tersendiri bagi diri para guru ke depannya, seperti ini
bunyinya, “Lakukan semua sebaik yang kau bisa, dengan sepenuh hati yang kau
bisa, dalam segala cara yang kau bisa, di segala tempat yang kau bisa, pada
setiap waktu yang kau bisa, kepada semua orang yang kau bisa, selama mungkin
yang kau bisa”. Mudah-mudahan para guru bisa merenungkan kata-kata indah di
atas dan mengamalkannya dengan keikhlasan hati.
Guru adalah sosok manusia yang memilki peran penting dalam memajukan para
generasi muda. Namun, tidak semua yang berpredikat guru itu bisa kita sebut
pahlawan. Guru-guru yang tidak memiliki rasa tanggung jawab dalam mendidik para
generasi mudanya dengan baik tidak pantas disebut pahlawan. Mereka hanya akan
membuat bangsa ini hancur karena keegoisan mereka. Namun, patut kita syukuri
juga bahwa seperti yang sudah saya katakan, tidak semua guru memilki sifat-sifat
buruk tersebut. Negara ini masih memilki harapan yang besar. Pahlawan-pahlawan
asli tersebut masih ada. Guru-guru yang mengabdikan segenap jiwa raganya untuk
pendidikan masih ada dan terus berusaha memajukan para generasi mudanya.
Orang-orang ini adalah sosok pahlawan asli yang negara kita miliki. Sedangkan
guru-guru yang tidak memilki rasa tanggung jawab tersebut adalah pahlawan
palsu. Oleh karena itu, mulai sekarang pernyataan “Guru=Pahlawan” itu hanya
akan kita ucapkan untuk para guru yang dari lubuk hati paling dalam
senantiasa berjuang untuk negara ini demi memajukan para generasi muda yang
berkualitas dan memiliki pengaruh yang besar di negaranya maupun dunia.
“Selamat Hari
Pahlawan”