Rio Richard Simanjuntak: Pahlawan Masa Kini, Mulai Dari Diri Sendiri



Pahlawan Masa Kini, Mulai Dari Diri Sendiri  
Tanggal 10 November setiap tahunnya selalu diperingati sebagai wujud penghormatan kepada para pahlawan yang telah gugur dalam mempertahankan kemerdekaan. Peringatan hari pahlawan ini selalu diawali dengan upacara yang dilaksanakan dikantor-kantor pemerintah, sekolah-sekolah ataupun instansi pemerintah dan swasta lainnya. Sudah menjadi suatu ritual setelah pelaksanaan upacara selalu diiringi dengan kunjungan makam pahlawan untuk menaburkan bunga diatas pusaran para pahlawan pembela bangsa. Inilah bentuk penghormatan yang luar biasa terhadap mereka yang mengorbankan jiwa dan raga demi bangsa dan negara. Namun pertanyaannya adalah “apakah hanya memperingati hari pahlawan dengan upacara dan menabur bunga setahun sekali sudah merupakan penghormatan luar biasa terhadap pahlawan kita”? Bagaimana kita harus bersikap agar dapat membalas jasa para pahlawan? Apakah cukup dengan sebatas perayaan seremonial? Tentu jawabnya tidak.
Jika kita menyadari, tidaklah cukup rasanya menghormati pahlawan kita dengan cara upacara atau menyiramkan kembang diatas makam pahlawan tersebut, seharusnya kita memaknai dan mencontoh pengorbanan mereka tersebut sesuai dengan kapasitas kita masing-masing. Hendaknya kegiatan seremonial setiap tahun bisa menumbuhkan rasa heroisme kita sehingga kita pun mau berkorban untuk negara dan bangsa sesuai dengan posisi kita. Dengan sikap kita yang rela berkorban ini tentu bisa juga dikategorikan sebagai seorang pahlawan. Karena pengertian pahlawan pada saat sekarang ini bukan saja diartikan seorang yang berjuang dengan senjata dalam mempertahankan tanah air dari penjajah. Pahlawan dimasa sekarang dapat diartikan lebih luas. Predikat pahlawan tidak sesempit diartikan secara fisik sebagai pejuang di medan peperangan. Akan tetapi, pahlawan masa kini dapat terlihat dari perilaku maupun tindakan yang layak jadi teladan dan contoh bagi bangsa. Muaranya, perilaku dan semangat mereka mampu memompa generasi muda untuk melakukan hal yang sama, yaitu perubahan. Generasi muda, khususnya mahasiswa harus mampu menampilkan semangat yang telah diwariskan para pahlawan, mampu menunjukkan karakter cerdas dan santun, baik secara emosional, intelektual, sosial, dan spiritual hingga patut menjadi contoh bagi masyarakat luas.
Generasi muda ideal dengan karakter cerdas dan santun masih jauh dari kenyataan. Hal itu, menurutnya disebabkan oleh kurangnya kesadaran generasi muda dalam meneladani nilai-nilai yang dimiliki para pahlawan, terutama nilai keikhlasan dan kejujuran. Pudarnya nilai keikhlasan dan kejujuran pada mahasiswa tercermin ketika mereka menyontek saat ujian dan penyelesaian tugas dengan cara yang instan, bahkan copy paste. Sebagai penyambung kepemimpinan, mahasiswa seharusnya mampu meneladani sikap pahlawan yang selalu mementingkan kepentingan umum, ikhlas berkorban diatas kepentingan pribadi. Kita berharap agar semangatnya dipetik oleh mahasiswa dengan cara berbagi kegiatan positif dalam berjuang dan  mengembangkan kajian ilmiah, intelektual, spiritual, menumbuhkan jiwa entrepreneur, aktif berorganisasi dan tidak hanya berkutat pada ruang kuliah semata. Agar menjadi mahasiswa yang cerdas dan santun, mereka harus mampu membiasakan diri pada dunia akademik secara sungguh-sungguh dan mampu menyampaikan gagasan dengan komunikasi yang baik serta mampu memposisikan dirinya. Dengan begitu, mahasiswa akan menjadi pewaris yang handal, tapi tidak hidup di masa lalu. Mahasiswa harus mampu mengambil pelajaran dari pahlawannya dan mampu mengembangkannya.
Adakah pahlawan di masa kini? Siapa? Atas dasar apa kita menganugerahi “dia” sebagai pahlawan? Pahlawan masa kini adalah sosok diri Anda, terutama kita sebagai Mahasiswa. Sebagai seorang mahasiswa sekaligus sebagai generasi penerus bangsa, saat ini kita seharusnya bisa mengobarkan semangat kepahlawanan yang kita miliki untuk dapat menjadi agen perubahan (agent of change) untuk kepentingan bangsa dan negara kita. Peran tersebut memiliki arti bahwa  mahasiswa sebagai agen dari suatu perubahan yang diharapkan dalam rangka kemajuan bangsa. Seorang mahasiswa hendaknya mampu memberikan ide-ide kreatif yang bersifat membangun bagi terciptanya suatu perubahan ke arah yang lebih baik.  Terbukti, bahwa kaum muda yang terpelajar dapat menciptakan perubahan yang amat besar. Sikap kritisnya dapat membuat pemimpin yang tidak berkompeten menjadi gerah dan cemas.
Namun pada era globalisasi sekarang ini sangat disayangkan sekali, mahasiswa yang dianggap sebagai agent of change justru bertindak sebaliknya. Tidak sedikit mahasiswa yang bertindak anarkis. Misalnya ketika mereka berdemo menyampaikan aspirasinya, mereka membubuhinya dengan tindakan anarkis. Seharusnya sebagai siswa yang telah bergelar “maha”, seorang mahasiswa mampu memposisikan dirinya dalam masyarakat. Apalagi ketika terjadi  suatu permasalahan. Seharusnya dengan bekal ilmu yang didapatnya seorang mahasiswa mampu menyelesaikan problem tersebut secara tepat dan bijak. Misalnya dengan cara berdiskusi dan musyawarah satu sama lain untuk mencari solusi yang paling tepat, bukan dengan cara anarkisme yang  tidak akan membawa perubahan yang lebih baik bagi bangsa dan justru membawa perubahan yang semakin buruk dan merugikan. Tapi walaupun begitu, untunglah masih banyak juga mahasiswa yang memiliki jiwa kepemimpinan dan telah melakukan pendekatan kepada masyarakat melalui program-program tertentu dan lembaga kemasyarakatan.
Dari uraian tersebut jelaslah bahwa mahasiswa adalah kader yang sangat ditunggu-tunggu kehadirannya. Maka point utama yang harus ditanamkan sejak dini adalah akhlak mulia. Tanpa point itu, secerdas apapun dan sekritis apapun sikap mahasiswa tersebut tidak akan bisa membawa bangsa kita ke bangsa yang  benar-benar maju dan beradab. Disamping itu pengetahuan dan pengalaman berorganisasi serta kaderisasi juga sangat diperlukan untuk dapat mencetak generasi-generasi pemimpin bangsa yang benar-benar unggul dan berkompeten untuk mewujudkan cita-cita bangsa kita. Sebagai contoh, ketika kita melihat orang lain membuang sampah di jalanan, kita sadar bahwa hal itu merupakan tindakan yang kurang baik, maka sudah seharusnya kita pun tidak melakukan hal yang sama. Sehingga, diawali dari kesadaran sosok diri yang tidak membuang sampah sembarangan dan bisa membuat lingkungan menjadi bersih. Dan ini akan berimplikasi besar bagi kelangsungan makhluk hidup secara luas di dunia.
Jadi, mereka yang memulai segala kebaikan atas dasar kesadaran diri inilah yang patut diacungi jempol. Mereka lah pahlawan, baik di masa lalu, kini dan nanti. Karena dengan kesadaran diri ini, mereka dapat mengubah diri, keluarga, bangsa, bahkan dunia menjadi lebih baik. Bukankah gelar pahlawan diberikan pada orang-orang yang telah berani mengubah sesuatu yang dinilai buruk menjadi sesuatu yang lebih baik? Bukankah seorang pahlawan adalah mereka yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran? Bukankah mereka yang berjuang demi kebaikan secara gagah berani? Dan, bukankah mereka yang mau membuang sampah pada tempatnya, berlaku jujur, bersikap adil, cinta damai, dan mampu menaklukkan ego diri? Karenanya, marilah kita mengubah diri kita sendiri menjadi sosok manusia yang lebih baik dan bertanggung jawab. Sehingga, kita dapat mengubah dunia menjadi lebih baik. Saat ini kita sangat membutuhkan sosok pahlawan seperti itu. Dahulu pahlawan ada karena ingin mewujudkan bangsa merdeka. Pahlawan juga ada saat sang pemimpin harus menjadi pelindung bagi rakyat jelata. Dahulu bangsa ini menghadapi penjajahan, kemiskinan, dan juga kebodohan. Tidak cukup tersedia peluang manusia di negeri ini untuk berekspresi dalam hidupnya. Manusia dibuat tidak tenang dalam hidupnya. Tidak bisa berpikir akan hidupnya di waktu mendatang. Negeri ini dibuat bodoh karena kebodohan akan mengantarkannya pada kehancuran. Itulah kehendak kaum penjajah yang haus akan nikmatnya hidup di negeri ini. Kini kita masih punya musuh serupa. Ada sejumlah problematik bangsa ini yang bisa merongrong dicapainya kemajuan.

Masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila masih direcoki niat, sikap, perilaku, dan ambisi sempit. Sikap tidak kesatria berkembang dan merajalela. Menimpakan kesalahan yang dilakukan kepada orang lain. Kambing hitam menjadi kata yang populer di negeri ini. Hukum tidak lagi menjadi pengadil karena hukum bisa dicari celahnya. Sesuatu yang salah bisa dibuat menjadi benar. Demikian pula sebaliknya. Akibatnya orang gemar berbuat sesuatu tanpa pikir panjang apakah hal itu akan merugikan orang banyak atau tidak. Hilang sudah budaya malu berbuat salah. Orang cenderung tidak peduli dan masa bodoh. Yang dipentingkan ialah tercukupinya kebutuhan dan kekuasaan diri, keluarga, dan kelompoknya. Generasi muda terjebak pada kecenderungan bermanja-manja. Paham ini seakan sengaja disuntikkan dengan gaya hidup glamor dan serba instan. Akibatnya sebagian besar kelompok yang menjadi tumpuan masa depan bangsa itu tidak bisa berusaha dan berpikir makna hidup yang sesungguhnya. Semua dianggap mudah, walau tidak pernah ada ukuran yang bisa mereka pegang untuk anggapan itu.

Saat ini sangat dibutuhkan sosok manusia yang dapat menjadi pahlawan dengan kemampuannya untuk merenda sejumlah nilai dalam hati, gerak, langkah, perbuatan, dan ucapannya yang mampu membedakannya untuk layak disebut pahlawan. Pahlawan pada dasarnya orang yang memiliki dedikasi sosial yang tinggi, memiliki pengorbanan dan tanggung jawab kepada orang banyak. Pahlawan sepi dari pamrih. Sejumlah nilai yang dimiliki para pahlawan tetap relevan dan tetap dibutuhkan bangsa ini ke depan. Meski musuh dan tantangan yang dihadapi bangsa berbeda, nilai-nilai itu tetap diharapkan hadir di tengah-tengah masyarakat kita.

Pertama, sikap kepahlawanan masa kini ialah sikap anti korupsi. Penyelewengan keuangan itu merupakan salah satu musuh besar bangsa ini. Menghindarinya bahkan keberanian memberantasnya ialah sikap pahlawan masa kini. Semakin banyak jumlah orang jenis ini dan makin gigih perjuangan mereka maka akan berhasil perjuangan bangsa ini melawan musuh abadinya yang terbesar. Kedua, berani mengungkap kebenaran dan keadilan merupakan sikap pahlawan masa kini lainnya. Semakin banyak orang yang menyembunyikan kebenaran di negeri ini. Padahal bila suksesnya kebohongan yang ditutup dengan kebohongan-kebohongan lainnya, maka tinggal menunggu kehancuran. Bila tidak di dunia, sebagai makhluk ber-Tuhan kita masih harus bertanggungjawab di hadapan-Nya. Pahlawanlah orang-orang yang bisa menjadi pelopor pengungkap kebenaran dan penegak keadilan.  

Ketiga, sikap yang dibutuhkan lainnya ialah berpikir kearah kebaikan dan kemanusiaan. Karut-marut bangsa ini adalah akibat terjadinya krisis kebaikan. Pahlawan masa kini berani berpikir kepada kebaikan bersama dalam gerak langkahnya. Keempat, sikap pelajar dan mahasiswa yang tidak tawuran, jujur dan disiplin itu juga pahlawan. Terjadinya aksi tawuran pemuda menjadi hal yang sangat memprihatinkan hingga menyita perhatian tingkat nasional. Untuk itu pemuda harus diberi kesempatan berpartisipasi dalam perjuangan, misalnya berperan aktif di program pemerintah. Bangsa yang besar ialah bangsa yang menghargai para pahlawannya. Semakin banyak pahlawan maka makin besarlah bangsa itu. Pahlawan senantiasa dibutuhkan sebuah bangsa dalam mencapai cita-cita mulianya. Terima kasih, wahai, pahlawan.
Begitulah pahlawan masa kini yang sesungguhnya. Ubah diri, lalu ubahlah dunia. Jadi marilah kita terutama mahasiswa, menjadi pahlawan masa kini bagi diri sendiri, teman, keluarga dan masyarakat. Pahlawan masa kini juga ialah sosok inspirator, jujur, setia pada nilai, mencintai bangsa Indonesia yang penuh keragaman dan kaya potensi serta mau bekerja keras untuk memberikan yang terbaik bagi bangsanya. HIDUP MAHASISWA...!!!