Indonesia
is my style
“Selama
banteng banteng Indonesia masih mempunyai darah merah
yang
dapat membikin secarik kain putih merah putih
maka
selama itu tidak akan kita mau menyerah kepada siapa pun juga
Semboyan
kita tetap : merdeka atau mati
Sebab
Allah selalu berada di pihak yang benar
percayalah
saudara – saudara
Tuhan
akan melindungi kita sekalian”
Merdeka!!!
Kalimat
– kalimat penuh semangat di atas adalah pidato Bung Tomo 10 November 1945
silam. Mungkin masih banyak di antara kita yang belum pernah mendengar pidato
tesebut karena tiap kalimatnya tidak setenar lirik – lirik lagu boy band dan
girl band masa kini. Ini menjadi salah satu penyebab mengapa pemuda – pemudi
saat ini menjadikan hari pahlawan sebagai ceremonial yang kurang berkesan dan
tidak membekas di hati pasca peringatan hari pahlawan.
Bangsa
yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya. Kalimat ini sering kita dengar atau bahkan
sangat laris di ucapkan ketika momentum hari pahlawan, tapi setelah itu kita
lupa. Kita tak lagi ingat jasa – jasa pahlawan kita. Bagaimana jadinya ketika
negara yang sudah merdeka, di dalamnya banyak pemuda yang berpotensi untuk
mengembangkan negaranya kini malah menjadi korban pasar dunia. Yang hanya mampu
ikut-ikutan dan sedikit sekali yang mau menjadi inovator untuk kemajuan bangsa
dan negaranya.
Ada
apa dengan negara Indonesia saat ini, sudahkah kita merasakan kemerdekaan itu
sepenuhnya, atau saat ini kita sedang mati suri? padahal saat ini jika kita
sadar dan peka bumi pertiwi kita masih menangis dan bersedih. Negara ini masih
terbelenggu oleh kemiskinan, kemalasan, hilangnya identitas diri dan korupsi. Empat hal tersebut menjadi momok
yang menakutkan bagi bangsa ini, tapi kita hanya diam dan bahkan kita terhanyut
di dalamnya tanpa mau bergerak dan membenahi agar menjadi lebih baik lalu
bangun dari mati suri dan menjadi hidup dengan nafas yang panjang.
Dahulu
yang disebut pahlawan adalah seseorang yang maju ke medan juang menghabisi para
penjajah dengan senjata bambu runcing di tangannya sambil berteriak merdeka
atau mati. Namun di saat sekarang ini yang dimaksud dengan pahlawan adalah seseorang
yang tidak egois dan mampu membuat suatu hal yang luar biasa untuk kepentingan
bangsa dan negaranya serta mampu mempertahankan identitas diri bangsanya secara
utuh dan bangga menjadi bagian dari Indonesia.
Krisis
identitas bangsa saat ini jelas terasa dalam kehidupan pemuda – pemudi bangsa ini, bangsa yang dulu
dikenal dengan bangsa yang sopan dan santun dengan ciri khas yang beragam
sedikit demi sedikit kini mulai terkikis oleh tangan – tangan tak bertanggung
jawab yang hanya ingin meraih keuntungan besar. Yang lucunya, bangsa ini seakan
tidak sadar bahwasanya saat ini mereka sedang di hipnotis menjadi “boneka” dan
terhanyut di dalamnya. Tak ada salahnya
kita menjadi konsumen namun kita harus mampu menjadi konsumen yang bijak,
konsumen yang mampu menyaring mana yang baik, mana yang buruk, mana yang
menguntungkan negara, mana yang merugikan negara dan alangkah baiknya jika kita
menjadi produsen yang kreatif.
Persaingan
pasar di dunia serta kecanggihan teknologi menuntut setiap negara agar lebih
aktif menatap dunia, agar tidak ketinggalan dari yang lainnya. Setiap negara
berlomba – lomba menunjukkan hasil karyanya dan menjualnya ke negara lain . Alhasil
saat ini salah satu negara yang paling berpengaruh di Indonesia adalah Korea dan Indonesia
menjadi konsumen setianya. Kita patut bertanya kenapa Korea bisa lebih eksis di
Indonesia dibandingkan Indonesia sendiri, padahal ini rumah kita, ini tempat
tinggal kita, ini tempat kita berkarya tapi negara lain malah lebih besar
pengaruhnya dalam kehidupan kita khususnya dalam kehidupan para pemuda.
Ini
realita, bahwa kita kehilangan identitas atau kita malu menunjukkan identitas
kita sebagai bangsa dengan pribadi yang terkenal sopan, anggun, ramah dan kini
kita lebih menonjolkan sikap yang serba ikut-ikutan, masa bodoh, semuanya ingin
yang instan dan semangat menjadi inovator sudah tidak ada. Kita lebih senang
menjadi konsumen yang duduk manis, menunggu karya orang , menunggu ide orang
padahal kita ini bangsa yang cerdas, ulet , penuh semangat dan beragam. Nah,
kenapa tidak kita manfaatkan keberagaman kita itu, di aplikasikan kemana
Bhineka Tunggal Ika kita itu selama ini. Jika kita sadar, keberagaman kita itu
bisa menarik perhatian dunia. Kita bisa eksis di ranah Internasional tanpa
kehilangan identitas kita .
18
Agustus 1945 bangsa ini bersorak – sorak gembira atas kemerdekaan yang diraih,
dengan keceriaan yang tak dapat diungkapkan dengan kata-kata, keegoisan antara
kaum muda dan kaum tua yang menyebabkan peristiwa rengasdengklok pun mencair
menjadi kekuatan persatuan untuk menjadikan Indonesia merdeka. Pengorbanan yang
mereka lakukan saat itu luar biasa karena mempertaruhkan seluruh jiwa dan raga.
Namun, para pahlawan itu kini telah tiada, yang tinggal hanyalah kenangan
semangat juang yang tinggi. Warisan semangat itu yang mereka harapkan bertahan
dalam bangsa ini sampai titik darah terakhir. Namun, apa balasan kita atas
pengorbanan mereka, amanah untuk menjaga
negara ini menjadi lebih baik tidak dapat kita laksanakan, ini adalah suatu
tanda kita mengkhianati pengorbanan pahlawan – pahlawan kita. Jika mereka masih
hidup dalam zaman ini, pasti mereka akan menangis dan mengeluarkan air mata darah, mereka pasti
akan merasa perjuangan mereka tak dihargai.
Jangan
sampai kita mengganggu ketenangan para syuhada disana, jangan sampai mereka
merasakan duka lagi atas perbuatan kita yang hampir merusak negara ini. Kini
saatnya kita bangkit, kini saatnya kita membutuhkan pahlawan masa kini,
pahlawan yang tidak egois , mampu berbuat yang luar biasa untuk kepentingan
bangsa dan negaranya serta mampu mempertahankan identitas diri bangsanya secara
utuh dan bangga menjadi bagian dari Indonesia. Inilah manfaat momentum hari
pahlawan setiap 10 November yang kita peringati, jangan kita jadikan momentum
itu sebagai momentum upacara saja, setelah itu kita melupakannya. Kita harus
berkomitmen setiap 10 november negara ini harus melahirkan 100.000 orang yang
berkompeten, amanah dan mau berkorban demi kepentingan bersama. Nah, disinilah
peran pemuda itu dibutuhkan. Pemuda yang inovatif, kreatif serta tidak malu
untuk mengucapkan “ Ini loh saya... saya asli Indonesia”.
Ketika
bangsa lain mampu eksis dengan memasukkan budayanya ke negara Indonesia, kita
harus lebih berani dan yakin bahwa kita bisa lebih eksis dari mereka terutama
di negara kita sendiri. Manfaatkan keragaman yang kita miliki, tunjukkan budaya
timur bangsa ini , buktikan keramahan dan kesopanan negara khatulistiwa ini.
Kita bisa mulai menunjukkan identitas diri kita lewat budaya yang kita miliki,
mulai dari tarian, masakan, baju adat, rumah adat, dan masih banyak lagi.
Jadilah produsen kreatif yang mampu memoles budaya kita menjadi budaya yang
diminati dunia. Jadikan budaya kita menjadi
produk asli Indonesia dengan kemasan yang diminati dunia Internasional. Cintai
negara sendiri dulu baru kita bisa mencintai yang lain.
Akhir
– akhir ini boy band dan girl band bagaikan jamur yang tumbuh di musim hujan,
lalu di santap dengan penuh kenikmatan. Kita jangan mau kalah, keluarkan budaya
tarian kita yang lebih menarik, ada tari piring, tari lilin, tari persembahan,
tari saman dan masih banyak lagi. Lalu setelah kehadiran boy band dan girl band,
Indonesia di hantam dengan gangnam style yang menggerogoti bangsa. Tanpa difilter
jenis tarian itu kita terima mentah – mentah, lihatlah gerakan – gerakan gangnam
style yang kurang sopan, tak hanya anak muda, kini orang tua, anak kecil,
bahkan pejabat yang terhormat pun berlomba- lomba mengikuti gerakan gangnam
style. Apa tidak ada lagi tarian – tarian yang lebih sopan, yang lebih bermoral
untuk menjadi hiburan kita? banyak, Indonesia punya semuanya. Ketika mereka
punya gangnam style, kita tunjukkan reog ponorogo style, papua style, kecak
style, sigale –gale style, tor – tor style dan masih banyak style lain yang
kita miliki . Kita kurang publikasi sebenarnya, kenapa kita tidak
mempublikasikan budaya kita secara besar - besaran?. Ketika di televisi dalam
sehari berulang kali kita lihat boy band dan girl band berserakan, kenapa
budaya kita sendiri malah tidak terlihat? entahlah... tanyakan saja pada rumput
yang bergoyang. Semoga mereka bisa menjawabnya.
Ini
bukti bahwa kita masih malu mengakui diri kita Indonesia.Sampai kapan kita
tetap begini?. Walaupun pun kita masih negara berkembang , kita harus punya
semangat yang lebih dari negara – negara maju dan jangan pernah kita terus
menjadi “boneka” mereka. Ingat, yang mandiri yang akan maju. Hidupkan momentum
hari pahlawan menjadi lebih berarti dan wahai pemuda jadilah pahlawan masa kini
yang mewujudkan Indonesia damai, negeri ini menunggu kiprahmu untuk menjadi
seorang pahlawan. Hingga terwujud “Baldatun Thoyyibatun Warobbun Ghofur,
Negeri yang baik dengan Tuhan yang maha Pengampun”.