“SENANDUNG EMBUN DI SORE HARI”
Pahlawan
adalah orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela
kebenaran. Kata pahlawan juga identik dengan kata-kata seperti, pejuang gagah
berani, keperkasaan, kerelaan berkorban dan kekesatriaan. Kemudian pertanyaan
yang muncul dalam diri kita, apakah pelajar, petani, atau profesi lainnya,
bahkan seorang suami pun dalam suatu Rumah tangga layak untuk disematkan kata
“Pahlawan” dalam dirinya?
Pertanyaan
berikutnya yang muncul adalah, apakah penyematan kata “Pahlawan” kepada
seseorang hanya kepada orang yang berperang dalam membela Negara kita ini?
Pertanyaan
ini sangat mengetuk pintu hati kita, sehingga salah satu kasusnya, istilah
taman makam pahlawan hanya diperuntukkan untuk orang-orang yang terjun langsung
dalam membela Negara. Apakah tak layak
seorang pelajar yang memiliki hasil daya juang yang tinggi dalam bidang
pendidikan yang dapat mengangkat martabat Negara Indonesia di mata dunia di
tempatkan di taman makam pahlawan, ketika saat dia meninggal? Atau seorang
Petani yang selalu berkorban ditengah terik panasnya matahari, bahkan seorang
suami yang berlaku adil pada keluarganya yang kemudian berani dan berkorban
serta berjuang mendapatkan rezeki yang halal hanya demi memberi makan anggota
keluarganya, layak utnuk ditempatkan di Taman makam pahlawan, ketika dirinya
telah meninggal?
Terlihat
tabu bagi kita dengan kasus seperti ini, tetapi tetap masuk akal bagi
aplikasinya. Karena memang apapun yang kita lakukan dalam setiap profesi apa
saja, tetap harus melakukan yang terbaik dan biarlah orang disekitar kita
menilai perbuatan kita beserta Allah meridhoinya.
Firman
Allah,:
“Dan katakanlah, bekerjalah kamu, maka ALLAH
dan rasul-NYA serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu
akan dikembalikan kepada (ALLAH) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang
nyata, lalu diberitakan-NYA kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan” (Q.S.
At-Tawbah;105)
Hal
ini sebenarnya menunjukkan bahwa makna pahlawan itu sangat luas, karena
kata-kata “Pahlawan” dapat disematkan kepada siapa saja bagi orang-orang yang
berjasa dan berjuang untuk orang lain bahkan untuk bangsa dan negaranya.
Ironisnya,
banyak yang mengganggap beberapa orang sebagai pahlawan, tetapi jauh dari
sikap-sikap kepahlawanan bahkan menjadi musuh yang tak terlihat didalam Negara
tersebut. Layaknya Srigala berbulu Domba. Contohnya saja Negara Turki oleh
Mustafa kemal ATTATURK (ATTATURK=Penghancur Turki). Turki yang kita kenal
sebagai Negara islam, setelah Sultan Muhammad Al-Fatih menaklukkan Konstantinopel
kemudian sampai ke zaman Turki Ustmani, yang kemudian dihancurkan sendiri oleh
Mustafa kemal, dan beliau selalu dianggap Pahlawan oleh beberapa orang sekarang
ini, dan mewariskan paham Sekularisme (Liberalisme yang picik) kepada rakyat
Turki sampai sekarang. Paham ini berkembang sampai zaman Perdana Menteri Turki sekarang pun, Recep Tayyip Erdogan.
Sistem suatu Negara yang tidak boleh mencampur adukkan Negara dan agama (khususnya Islam). Ironis sekali,
terkhusus bagi kita umat Islam, banyak hal pembatasan-pembatasan yang di alami
umat Islam sendiri di Negara tersebut yang notabene Turki adalah salah satu
Negara Islam terbesar di dunia dan memiliki sejarah yang luar biasa bagi umat
islam. Dan sampai sekarang pun paham sekularisme oleh rezim Mustafa Kemal
ATTATURK masih bisa dirasakan oleh umat Islam sendiri. “Apakah ini yang disebut Pahlawan?”.
Di
Indonesia juga, banyak paham-paham dan tekanan yang menyudutkan umat Islam
sendiri, contohnya saja yang baru-baru ini di Poso, umat Islam banyak dibunuh
dan di bantai tanpa alasan yang jelas, salah satunya dilakukan oleh pihak
keamanan Negara Indonesia sendiri, DENSUS 88 (Detasemen Khusus). Yang dianggap
Aparatur n warga Negara Indonesia sebagai Pahlawan untuk menumpas terorisme di
Negara ini. “Apakah ini yang disebut
Pahlawan?”.
Kemudian
belum lama ini, Presiden kita Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), berkunjung ke
kerajaan Inggris untuk memenuhi undangan dari Ratu Elizabeth II, dan
sepulangnya, SBY mendapat gelar Ksatria Salib Agung (Knight Grand Cross in the
bath), gelar yang hanya diberikan kerajaan Inggris kepada orang-orang atau
Pahlawan-pahlawan Nasrani. Gelar yang pernah disematkan kepada Panglima perang
Inggris, Richard Leon dalam Perang Salib untuk menaklukkan Palestina, hingga
akhirnya Solahuddin Al-Ayyubi menumpas mereka semua. Tapi, Inggris tidak sampai
disitu saja, Inggris menjadi dalang lahirnya aliran Ahmadiyah di India,
sehingga Negara tersebut terpecah menjadi India Hindu, Pakistan, dan
Bangladesh. Dan Aliran ini pun sampai ke tanah air kita sendiri, sehingga
banyak membuat perpecahan dikalangan umat Muslim Indonesia bahkan Dunia. Paham
sekuler yang lahir di Turki juga ada tindak tanduk Inggris didalamnya,
mendukung Mustafa Kemal ATTATURK yang seorang yahudi menjadi Penguasa di Turki
saat itu. Dan manuver Inggris untuk memecah belah Kaum Muslimin akan terus
berlanjut kedepannya, yang salah satunya apa yang telah dilakukan Ratu
Elizabeth II kepada SBY. Sedangkan, kita tahu SBY notabene adalah pemimpin atau
Presiden bagi Negara Muslim terbesar didunia, PANTASKAH??
Gelar
tersebut sedikit memiliki arti bahwa Ratu Elizabeth II bangga dengan SBY dalam
memperlakukan umat Kristiani di Indonesia dan pendirian Gereja-Gereja yang
sangat subur di Negara ini. Kemudian Bagaimana dengan gelar yang pernah didapat
SBY yaitu, “Ulil Amri” oleh beberapa orang? RUARR BIASAA..!! “Apakah ini yang disebut Pahlawan?”
Saudaraku,
Matahari belum lah terbenam, masih ada sedikit cahaya bagi kita untuk bersatu
dan berjuang bersama merubah Dunia menjadi lebih baik lagi, kita tunjukkan apa
makna Pahlawan yang sebenarnya. Layaknya EMBUN disore hari. Kita berfikir bahwa
itu mustahil terjadi (masa’, ada EMBUN
disore hari?). tetapi, harapan itu masih ada dan kitalah yang akan menjadi
EMBUN itu, yang dapat memberikan kesejukan tanpa batas dan disetiap waktu untuk
orang-orang disekitar kita. Walaupun menurut kebanyakan orang, itu hal yang
tidak mungkin.
Kata
cinta ALLAH SWT di dalam Al-Qur’an buat kita semua adalah:
“Tidaklah sama antara mukmin yang duduk (yang
tidak turut berperang) yang tidak mempunyai uzur dengan orang-orang yang
berjihad di jalan ALLAH dengan harta mereka dan jiwanya. ALLAH melebihkan
orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk
satu derajat. Kepada masing-masing mereka ALLAH menjanjikan pahala yang baik
(surga), dan ALLAH melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang-orang yang
duduk dengan pahala yang besar (yaitu) beberapa derajat dari-NYA, ampunan serta
rahmat. Dan adalah ALLAH Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (Q.S.
AN-NISA;95-96).
Apakah
kita khususnya golongan pemuda dan apalagi mengaku sebagai Aktivis, hanya
memilih berdiam diri dan duduk-duduk saja, menunggu dan menikmati hasil
kemenangan yang dilakukan oleh orang lain atau kita lah yang berjuang dan
menjadi pelaku kemenangan tersebut.
“lebih
banyak lah memberi dan memproduksi kebaikan daripada hanya menerima dan
mengkonsumsi kebaikan dari orang lain” (Hasan Al-Banna).
Kini
saatnya kita menjadi SINGA-SINGA AR-RAHMAN dalam hidup ini, menjadi sosok
pahlawan sejati yang mewarisi sifat dan tingkah laku Nabi Muhammad Rasulullah
SAW, Siddiq, Amanah, Fathanah, dan Tabligh serta memiliki kepribadian yang kuat
yang terlihat dari perilaku keseharian yang sering peduli terhadap permasalahan
masyarakat dan mampu bekerja secara mandiri. Dan seorang pahlawan itu tidak
mesti menjadi seorang pemimpin atau penguasa didalam kaumnya. Kita bekerja
layaknya Batubata dalam membangun sebuah bangunan yang kokoh. Rela dan ikhlas
ditempatkan diatas, begitu juga rela dan ikhlas ditempatkan dibawah bahkan
harus rela dan ikhlas ditempatkan dimana saja. Tetapi, kesemuanya mempunyai
peran penting dan bertanggungjawab supaya bangunan tersebut berdiri dan
terbentuk kokoh. Karenanya, jalan menuju hal tersebut sangat lah panjang, kita
butuh kebersamaan untuk melewati dan berjuang didalamnya. Terkadang juga,ada
yang harus terinjak-injak untuk meraih kemenangan ini. Adakalanya yang menjadi
sepatu, dan ada juga yang hanya menjadi rumputnya. Ini semua demi Indonesia dan
Dunia yang jaya dan lebih bercahaya. Cahaya yang dapat menjadi teman bagi
orang-orang yang hidupnya dirundung kegelapan, saudaraku.
“Karena jiwa tidak akan pernah menang
Dalam semua kecamuk perang,
Kecuali setelah Ia menang dalam
pertempuran rasa,
Pertarungan akhlak, dan pergulatan
manhaj”
(Sayyid
Quthb, Fii zhilaalil Qur’an)
Sekali
lagi saudaraku, Matahari belumlah terbenam. Masih ada waktu dan harapan kita
untuk menjadi EMBUN disore hari ini bagi setiap orang disekitar kita. Tidak
harus malu menjadi seorang Pahlawan, atau jangan takut menjadi seorang
Pahlawan. Kalaupun seandainya sifat itu yang menghinggapi diri kita sekarang
ini, hingga susah rasanya untuk bergerak dan berjuang sekarang ini. Tetapi,
yakinlah ketika ada yang bertanya kepada kita semua, “Siapa yang akan menjadi
Pahlawan itu? Siapa yang akan menanggung semua ini?” cukuplah kita katakan
dalam hati kita yang paling dalam, : “AKULAH,
PAHLAWAN ITU..!!!”