Pahlawan dalam Tanda Tanya (?)
Pahlawan, sebuah kata yang sederhana tetapi sangat syarat akan makna. Sebuah kata yang hanya tersandang oleh orang-orang yang berjasa. Sebuah kata yang telah teranum sejarah dalam dada. Sebuah kata yang tergema dalam dengar daun telinga. Dan ia hanya sebuah kata. Tetapi apakah itu Pahlawan?
Kembali kita mencoba menggali ingatan kita apakan sebuah peristiwa 10 November 1945. Peristiwa yang mendasari hari nasional bangsa Indonesia, hari Pahlawan. Peristiwa sejarah perang antara pihak tentara Indonesia dan pasukan Belanda di Kota Surabaya, Jawa Timur. Pertempuran ini adalah perang pertama pasukan Indonesia dengan pasukan asing setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dan satu pertempuran terbesar dan terberat dalam sejarah Revolusi Nasional Indonesia yang menjadi simbol nasional atas perlawanan Indonesia terhadap kolonialisme. Dasar peristiwa ini adalah sebuah intruksi pemerintah Indonesia tanggal 31 Agustus 1945 yang menetapkan bahwa mulai 1 September 1945 bendera nasional Sang Saka Merah Putih dikibarkan terus di seluruh wilayah Indonesia, gerakan pengibaran bendera tersebut makin meluas ke segenap pelosok kota Surabaya. Klimaks gerakan pengibaran bendera di Surabaya terjadi pada insiden perobekan bendera di Yamato Hoteru / Hotel Yamato. Setelah insiden di Hotel Yamato tersebut, pada tanggal 27 Oktober 1945 meletuslah pertempuran pertama antara Indonesia melawan tentara Inggris . Serangan-serangan kecil tersebut di kemudian hari berubah menjadi serangan umum yang banyak memakan korban jiwa di kedua belah pihak Indonesia dan Inggris, sebelum akhirnya Jenderal D.C. Hawthorn meminta bantuan Presiden Sukarno untuk meredakan situasi.
Demi sekedar pengibaran bendera merah putih, nyawa terenggut dengan bangga. Bangga akan sebuah perjuangan cita tanah air. Ini bukanlah sekedar pengibaran biasa tetapi penuh tetes air mata dan tumpah darah. Begitu besar perjuangan rakyat Indonesia untuk kemerdekaan. Tak terhitung jumlah para pejuang yang gugur di medan juang. Dan kini pada tahun 2012 sudah sampai ke 67 usia kemerdekaan bangsa Indonesia. Ini mesih terlalu dini jika kita terlupa atas jasa-jasa para pahlawan bangsa.
Jadi apakah itu pahlawan? Kepada siapa gelar itu kita sandangkan?
Nah, disinilah kita harus kembali intropeksi diri, akan hal-hal apa saja yang telah kita perbuat pada negara ini. Tentunya kita malu kepada para pendahulu yang telah menghadiahkan kemerdekan kepada kita, rakyat Indonesia. Akan tetapi, yang terjadi sekarang adalah kebanyakan dari kita malah berlomba-lomba mencoreng muka bangsanya sendiri. Kasus korupsi tersiar di media manapun, cetak, elektronik dan sebagainya. Bukan itu saja, kasus kemiskinan, ketidakadilan terus berkoak-koak terdengar dan ada juga sekelompok orang yang mengklaim dirinya sendiri sebagai pahlawan. Apakah itu pantas kita lakukan?
Sebagai contoh kasus sekarang adalah sebuah lembaga resmi pemerintah Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang telah menyingkap beberapa benalu dalam pemerintahan. KPK bagai oase masa kini yang layak kita sebut pahlawan. Walaupun mesih banyak hal-hal di dalamnya kontroversi tetapi kita tunggu dan doakan saja semoga KPK mesih tetap berkomitmen dalam amanahnya. Sampai sekarang pahlawan ada sosok yang ditunggu-tunggu untuk memperbaiki bangsa Indonesia ini menjadi bangsa yang lebih baik lagi, maju dan tetntu bermoral. Tetapi siapa sih sosok tersebut? Marilah kita tanyakan pada diri. Sesosok Pahlawan dalam tanda tanya (?)....