Memberi
Makna Baru Kepahlawan Masa Kini
Enam
puluh tujuh tahun telah berlalu meninggalkan sejarah perjuangan sengit rakyat
Indonesia melawan tentara Inggris di Surabaya. Enam puluh tujuh kali telah kita
lakukan peringatan demi mengenang perjuangan para pahlawan dalam mempertahankan
kedaulatan negara. Meskipun waktu telah bergulir begitu jauh, ingatan kita
harus tetap kita jaga. Mengamini semboyan yang sering dikumandangkan oleh Ir.
Soekarno yaitu, Jasmerah. Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah. Semboyan ini
dipropagandakan tentu bukan tanpa maksud. Sejarah, baik kejayaan maupun
kegagalan, dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi diri sekaligus motivasi.
Peringatan
hari pahlawan 10 Nopember beberapa hari silam merupakan salah satu bentuk kepedulian
kita terhadap sejarah. Berbagai media, baik cetak maupun elektronik, marak
memberitakan proses seremonial perayaan hari pahlawan dengan berbagai ragam
corak dan gaya. Mulai dari sekedar mengheningkan cipta, hingga menampilkan drama
kolosal, serta orasi-orasi mengenai jiwa kepahlawanan di berbagai jalan. Mulai
dari desa hingga ke kota, turut merasakan suasana euforia hari pahlawan. Namun,
apakah perayaan seperti ini yang sebenarnya dimaksudkan dalam memperingati dan
menghargai perjuangan para pahlawan? Memang, apapun dan bagaimanapun bentuk
perayaan dalam mengenang sejarah perjuangan para pahlawan tidaklah memiliki
kebakuan ataupun standard yang ditetapkan. Selagi hal tersebut bersifat positif
dan mampu membawa nilai kecintaan serta kepedulian kita terhadap sejarah.
Kita
tentu berbahagia jika kesadaran akan peringatan hari pahlawan telah menyentuh
berbagai lapisan masyarakat. Namun, fakta di lapangan sering kali menunjukkan
bahwa acara tahunan tersebut sering kali terjebak dalam acara serimonial
belaka, acara serimonial yang hampa makna. Padahal, seharusnya hari tersebut
adalah momentum bagi seluruh rakyat Indonesia untuk kembali merenungkan perjuangan
para pahlawan yang dengan ikhlas mengorbankan segenap jiwa dan raga yang dimiliki
sampai tetes darah penghabisan. Merenungkan segala perbuatan, tindakan, maupun
kontribusi yang telah kita lakukan dalam mengisi dan mempertahankan
kemerdekaan, sehingga kita bangsa Indonesia tidak mengulang sejarah penjajahan
yang telah menyengsarakan kehidupan kita selama berabad-abad. Momentum untuk
mengisi ulang kembali semangat dalam memperjuangkan dan mengisi cita-cita
bersama bangsa Indonesia, yaitu mewujudkan negara yang merdeka, bersatu,
berdaulat, adil, dan makmur.
Perjuangan Belum Usai, Kita Butuh
Pahlawan Baru
Kini
kita telah telah merdeka selama enam puluh tujuh tahun. Kita telah berhasil merebut
kemerdekaan kita dengan catatan perjalanan yang penuh keberanian dan
pengorbanan. Kita tidak akan temui lagi penjajah yang membawa senjata dan melakukan
perlawanan fisik. Namun, bukan berarti kepahlawanan berhenti sampai di sana. Bagaimanapun,
dalam mengisi kemerdekaan kita saat ini, kita dituntut untuk menjadi pahlawan. Pahlawan,
baik untuk diri kita sendiri, keluarga, lingkungan masyarakat, maupun negara
dalam konteks yang lebih luas.
Kini zaman telah melalui banyak
perkembangan dan perubahan. Yang menjadi tugas kita saat ini adalah memberi
makna baru kepahlawanan dan mengisi kemerdekaan sesuai dengan perkembangan
zaman. Jika dahulu kala para pahlawan mengusir penjajah dengan membawa senjata
dan melakukan perlawanan fisik, sekarang sudah tidak lagi. Senjata, seperti
bambu runcing misalnya, ataupun perlawanan fisik lainnya untuk mengusir para
penjajah sudah tidak relevan lagi untuk digunakan saat ini. Kenapa? Karena
penjajahan masa kini, sudah tidak lagi menjajah dengan sistem eksploitasi fisik,
tapi lebih kepada perang ide, pengetahuan, dan mental bangsa Indonesia itu
sendiri.
Hari ke hari, penjajah yang kita
hadapi kian abstrak wujudnya dan semakin sulit untuk menghadapinya. Penjajahan
tersebut tidak hanya berasal dari luar negara kita, tapi juga berasal dari
dalam negeri sendiri. Misalnya, penjajahan yang hadir dalam wujud kemiskinan,
kebodohan, korupsi, perbuatan-perbuatan anarkis, gerakan-gerakan separatisme, pengangguran,
dan masih banyak lagi. Sedangkan yang berasal dari luar negara kita juga
banyak, berupa budaya-budaya konsumtif, kecintaan akan produk-produk asing,
eksploitasi sumber daya alam/kekayaan Indonesia melalui pendirian perusahaan-perusahaan
asing, dan yang lebih menyedihkan adalah kecintaan berlebihan akan
pemuda-pemudi masa kini terhadap budaya-budaya asing, sehingga mengikis
kecintaan serta kepedulian dan pemeliharaan budaya bangsa sendiri. Ini
merupakan tamparan bagi kita rakyat Indonesia. Maka, di hari pahlawan ini
marilah kita bersama-sama merenungkan, mengisi ulang kembali semangat, serta
member makna baru akan kepahlawanan sesuai dengan perkembangan zaman kita saat
ini.
Pemuda-Pemudi Sebagai Pahlawan Masa
Kini
“Beri
aku serinu orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Beri aku
sepuluh pemuda, niscaya akan kuguncang dunia” -Bung Karno-
Dalam perjalanan sejarah pemuda
memainkan peran yang paling signifikan dalam memperjuangkan kemerdekaan. Berhasil
tidaknya suatu negara beberapa tahun ke depan bisa dilihat atau diprediksi dari
kondisi pemuda-pemudinya saat ini. Jika pemuda-pemudi suatu negara adalah
pemuda-pemudi yang sehat, mengenyam pendidikan yang layak, menghargai
kebudayaan, dan mencintai sejarah serta negaranya sendiri, maka bisa dipastikan
kemungkinan besar negara tersebut akan mengalami kemajuan. Berbeda dengan
keadaan sebaliknya, jika suatu negara dipenuhi dengan pemuda-pemudi yang malas,
tidak sehat, dan tidak mampu mengenyam pendidikan yang layak, tidak memiliki
kecintaan dan penghargaan terhadap budaya dan negara, kemungkinan besar negara
tersebut akan mengalami kemunduran dan akan sangat mudah untuk dijajah bangsa
asing yang memilliki tingkat kemajuan yang lebih tinggi.
Mayoritas penduduk Indonesia saat
ini adalah pemuda. Pemuda memainkan peranan yang sangat penting dalam
memperjuangkan dan mengisi kemerdekaan kita saat ini. Melalui peringatan hari
pahlawan ini, saya sebagai pemuda menghimbau dan mengajak pemuda-pemudi seluruh
Indonesia untuk merenung dan sadar akan tanggung jawab kita sebagai pemuda
harapan bangsa. Merenung dan menanamkan semangat kepahlawanan yang berani
berjuang dan berkorban demi kepentingan bangsa. Hal ini tidak melulu harus
dibuktikan dengan berjuang di medan perang, kita bisa membuktikan semangat
heroism kita sebagai pahlawan masa kini dengan mulai mencintai produk dalam
negeri, mencintai dan menghargai kebudayaan kita, belajar giat dan
sungguh-sungguh demi meningkatkan mutu pendidikan bangsa Indonesia, mulai
memiliki kepedulian terhadap sesama/orang-orang disekitar kita dengan melakukan
pelayanan maupun pengabdian terhadap masyarakat, menjauhi korupsi, menjauhi
tindakan-tindakan separatism dan anarkis, membangun kehidupan yang damai dalam
lingkungan hidup Indonesia yang multikulturalisme, dsb. Karena kita,
pemuda-pemudi Indonesia adalah pahlawan masa kini, pahlawan yang akan
menentukan arah akan menjadi negara seperti apa Indonesia suatu saat nanti.
Jangan sampai kita dijajah kembali. Mari belajar dari sejarah, dan seperti kata
Bung Karno, Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah.