Mencari Sosok Pahlawan Masa Kini
Oleh Nur Hayati
agaimana persepsi Anda mengenai sosok pahlawan ? Pahlawan adalah para
pejuang yang gugur di medan perang atau bisa juga diartikan bahwa pahlawan
adalah orang yang berani berkorban dan membela kebenaran.
Hari pahlawan yang jatuh setiap tanggal 10 November sejatinya
membangkitkan spirit nasionalisme bagi jiwa kita sebagai mahasiswa, sebagai
pemuda. Soekarno pernah berkata bahwa bangsa yang besar adalah
bangsa yang tidak pernah lupa akan jasa para pahlawannya. Maka dari itu, jangan
pernah sekalipun melupakan sejarah.
Salah satu sosok pejuang yang kita kenal adalah Bung Tomo. Sudah 67
tahun kini semangat juang Bung Tomo mempertahankan merah putih di Tunjungan
Surabaya. Bung Tomo beserta para pahlawan lainnya berjuang tanpa dibayar,
bahkan nyawa mereka dipertaruhkan. Mereka berjuang bukan untuk
kepentingan pribadi atau golongannya, melainkan demi kepentingan seluruh
masyarakat Indonesia yang ingin terlepas dari penjajahan. Sosok-sosok
pejuang gigih tanpa mengharap tanda jasa seperti mereka memang pantas diberi
gelar pahlawan.
Menjadi pertanyaan besar sekaligus perenungan, kemana semangat
tersebut sekarang berada? Masih adakah semangat itu diantara kita? masih adakah
Bung Tomo di era modern saat ini? Rasanya
sosok Bung Tomo seperti sebuah emas di tengah-tengah gurun pasir. Sulit
menemukan sosok Bung Tomo yang bisa dihitung dengan jari dibandingkan dengan
para penjajah yang semakin bertebaran.
Predikat
pahlawan tidak sesempit diartikan secara fisik sebagai pejuang di medan
peperangan. Akan tetapi, pahlawan masa kini dapat terlihat dari perilaku maupun
tindakan yang layak jadi teladan dan contoh bagi bangsa. Muaranya, perilaku dan
semangat mereka mampu memompa generasi muda untuk melakukan hal yang sama,
perubahan.
Saat ini,
pemikiran mengenai arti pahlawan sepatutnya dimaknai secara lebih luas,
khususnya bagi kalangan mahasiswa. Mahasiswa sering kali berpikir tidak mampu,
tidak punya power, dan tidak berdaya. Tidak sebagaimana yang selama ini
kita dengar sebagai “Agent of Change”. Mahasiswa lebih nyaman menjadi
dirinya sendiri dan berpikir selalu bertindak aman. Mereka berpikir, I’m on
the right track, and it’s enough (saya berada pada jalan yang seharusnya
dan ini cukup).
Hasilnya, banyak sekali mahasiswa Kupu-kupu ( kuliah pulang-kuliah pulang ) dan hal ini telah menjadi sebuah kebudayaan. Padahal, mahasiswa memiliki strata tertinggi dalam tingkat pendidikan yang ada di negara ini. Bertolak dari itu, setiap mahasiswa memiliki kekuatan untuk menjadi pahlawan, kesempatan untuk ikut serta menjadi “Agent of Change”.
Peran tersebut memiliki pengertian
bahwa mahasiswa sebagai agen dari suatu perubahan yang diharapkan dalam
rangka kemajuan bangsa. Di
tangan kitalah estafet perjuangan bangsa ini akan diteruskan. Sungguh
seremonial dan peringatan ritual kurang memberikan pengaruh besar terhadap
perubahan bangsa kita. Seorang mahasiswa hendaknya mampu
memberikan ide-ide kreatif dan membangun bagi terciptanya suatu perubahan ke
arah yang lebih baik. Misalnya dengan cara berdiskusi. Memusyawarahkan satu
sama lain untuk mencari solusi yang paling tepat untuk masalah tersebut. Tukar
pendapat dan lainnya. Bukan dengan cara anarkisme yang belum tentu akan membawa
perubahan yang lebih baik bagi bangsa namun justru membawa perubahan yang
semakin buruk dan merugikan.
Selain hal tersebut diatas, “social
control” adalah juga merupakan peran mahasiswa selanjutnya sebagai generasi
muda penerus bangsa. setelah melaksanakan misi sebagai agent of change
maka seorang mahasiswa harus bisa melakukan control sosial, yaitu
mengontrol segala bentuk penyimpangan yang dilakukan oleh para penguasa negara
sehingga tidak terjadi lagi kedzaliman-kedzaliman yang dilakukan oleh kelompok
penguasa terhadap kelompok minoritas. Mahasiswa harus berani melawan sistem
jika itu memang tidak sesuai dengan nilai nilai kemanusiaan. Jangan mau diatur
oleh sistem tapi kitalah yang harus bisa mengatur sistem agar terwujud
bangsa yang sejahtera. Jadi disini mahasiswa bukan hanya mengamati tapi juga
harus terjun dalam masyarakat itu sendiri.
Mahasiswa sebagai iron stock
berarti mahasiswa adalah calon pemimpin masa depan, menggantikan generasi
sebelumnya dalam melanjutkan pembangunan dan menciptakan kemajuan bangsa. Oleh
karena itulah mahasiswa sebagai generasi muda haruslah mempersiapkan diri
dengan sematang-matangnya agar nantinya bisa menjadi generasi yang bisa
dibanggakan oleh masyarakat dan bangsa tentunya.
Dari ketiga uraian tersebut jelaslah bahwa
mahasiswa adalah kader yang sangat ditunggu tunggu kehadirannya. Maka point
utama yang harus ditanamkan sejak dini adalah akhlak mulia. Tanpa point itu,
secerdas apapun dan sekritis apapun sikap mahasiswa tersebut tidak akan bisa
membawa bangsa kita ke bangsa yang benar-benar maju dan beradab.
Siapapun berkesempatan menjadi pahlawan.
Bukan hal yang sulit bagi setiap orang menjadi pahlawan. Musuh kita bukan lagi
prajurit-prajurit perang yang harus mengangkat senjata, dan berperang di perbatasan. Namun rasa ego,
acuh tak acuh, dan hilangnya rasa nasionalisme dalam jiwa adalah musuh yang
sebenarnya. Jadilah pahlawan dimulai untuk diri sendiri.
Banyak hal yang
dapat dilakukan mahasiswa berjiwa pahlawan, salah satunya dengan ikut
berorganisasi, terjun dalam masyarakat, mengimplementasikan ilmunya. Perlu
diingat, sebuah perubahan besar dimulai dengan langkah kecil.
Hanya sikap dan tindakan nyata adalah sebuah bukti seseorang bisa dikatakan
Pahlawan atau bukan. “Bukanlah
sebuah rahasia, bila setiap kita adalah seorang pahlawan. Hanya terkadang kita
tidak menyadari akan hal tersebut. Lakukanlah apa yang mau anda kerjakan,
berikan yang terbaik dan anda telah menjadi seorang pahlawan.”
"Selamat
memperingati hari Pahlawan, semoga semangat juang para pahlawan mampu menjadi inspirasi
dan motivasi untuk kita generasi penerus Bangsa"
Maju Terus Indonesia !
Jayalah selalu !
Salam perubahan!
Hidup Mahasiswa!