nurul hasanah:


BUNG.jpgPenerus “malaikat bumi”

Bergerak bergerak
Serentak Serentak
Menerkam Menerjang Terkam
Tak gentar tak gentar
Menyerang menyerang
Majulah majulah menang
Sepenggal lirik lagu diatas tentunya mengingatkan kembali pada kita akan perjuangan sosok- sosok  “malaikat bumi”, yang membela mati-matian keberadaan bumi pertiwi. Seluruh jiwa, raga, dan harta  mereka kerahkan demi sebuah kata “merdeka”. Slogan merdeka atau mati yang diiringi gema takbir “Allahu Akbar” yang dikumandangkan para pejuang muslim saat itu, tidak akan pernah sirna  dari pikiran dan semangat suci mereka hingga kemenangan itu  berada digenggaman. Perjuangan yang dilakukan bukan lah sebentar. Melainkan berabad- abad. Begitu banyaknya pahlawan  yang rela gugur. Tidak peduli  sasaran senapan, peluru, panah, bahkan bom sekalipun didepan mereka.  Seperti yang kita ketahui, perjuangan itu berawal dari jauh- jauhi hari seblum Indonesia merdeka, hingga Indonesia merengkuh kemerdekaan sekalipun.
 Jika kita berbalik, menoropong, dan merasakan betul setiap bentuk  perjuangan hebat itu, yakinlah, anda, saya, kita semua, tak akan mampu menahan air mata, tak akan mampu berkata- kata, karena sungguh seluruh perjungan yang mereka lakukan  tidak akan pernah kita lakukan lagi di masa modern ini. Ya,, mereka ibarat petani yang sedang menanam  padi di puncak mount everest,  walau mustahil, tetapi mereka tetap berusaha dengan segala upaya, lalu mereka mati kedinginan disaat padi mulai tumbuh .  ya, mereka belum sempat merasakan manisnya hasil panenan. Lantas siapa yang merasaknnya?? Siapa lagi kalau bukan orang- orang  setelah mereka, anak mereka. Ya, Kita- lah anak mereka. Kita lah yang betul – betul  menikmati dan merasakan setiap tetes keringat darah jerih payah itu. Namun mereka adalah petani mulia dan luar biasa , yang tetap tersenyum bangga  tidak bias merasakan langsung panenanya, karena ada generasi selanjutnya yang akan merasakn manisnya hasil tanaman mereka. Subhanallah, begitu hebat nya “malaikat bumi” itu.
 Masih ingatkah kita pada sosok pemuda kelahiran Surabaya, yang sangat mengahargai arti penting pendidikan,  pemuda yang berani untuk berbicara terus terang , seorang pekerja keras yang selalu berusaha untuk memperbaiki keadaan ??? Ya, dialah Sutomo,mungkin kita lebih mengenalnya dengan sebutan “Bung Tomo”.  Salah satu diantara sekian banyak “malaikat bumi” yang kita miliki. Peringatan hari pahlawan yang jatuh pada tanggal 10 november setiap tahunya bertepatan dengan hari dimana para pejuang  Surabaya “kembali” mengerahkan dan mengibakkan sayapnya  untuk membela bangsa yang sebenanya telah merdeka . Mereka penjajah tak beradab, kembali memberikan serangan- serangannya, beberapa saat setelah Indonesia dinytakan merdeka.  Peristiwa besar itu kita kenal dengan Pertempuran Surabaya yang terjadi pada tanggal 10 November 1945. Namun, “malaikat bumi” tetap lah malaikat. Yang tak akan pernah gentar sekalipun. Bung Tomo, Pemimpin   Pertempuran Surabaya  berteriak dan mengobarkan api semangat yang meyala-nyala kepada jutaan pasang mata pemuda tanah air untuk bangkit, untuk bangun, untuk berjuang bersama merapatkan barisan, menjaga pertahanan, dan membela martabat bangsa. Dentuman bom, teriakan kesakitan, tangis bahkan darah pun bercucuran di jalan, tetes air mata dan keringat pengorbanan sudah hilang begitu banyak, tapi mereka tidak peduli. Mereka para pemuda hanya berpikir , kita harus merdeka ! 
Sungguh semangat perjuangan yang sangat luar biasa hebatnya.Dan Alhamdulillah, berkat rahmat dan pertolongan Allah , sekarang negar kita, Indonesia,  sudah terlepas dari cengkraman sang penjajah. Tidak ada lagi sosok- sosok  kejam dan keji seperti mereka. Tidak ada lagi suara dentuman bom, tidak perlu lagi bersusah payah  mengangkat senjata, tidak juga menyiapkan bambu runcing kalau-kalau sang penjajah menyerang,  tidak ada lagi bangsa lain yang akan datang menembaki jiwa jiwa tak bersalah.  tidak. Kita hanya tinggal menikmati
Lantas pantas kah kita hanya menukmati? Pantaskah kita hanya bersorak dan bertepuk tangan saja? Pantas kah kita berhenti, berdiam diri, mengggap perjuangan telah usai?? Tentu tidak. Sungguh pribadi tidak tahu diri lah kita , bila kita hanya mengucapkan “Alhamdulillah, trimakasih, atas kemerdekaan ini” tanpa ada tindakan yang kita lakukan. Kita memnag tidak diminta untuk mengangkat senjata berupa bamboo, senapan, dan lain sebagainya. Namun, kita sebagia penerus mereka diminta mengangkat senjata, berupa ilmu, pengetahuan, wawasan, dan seabrek tindakan- tindakan positif yang dapat kita lakukan. Saya yakin, “malaikat bumi” akan bersedih, bila melihat kita hanya diam terpaku tanpa melanjutkan perjuangan mereka. Ya, teman, perjuangan ternyta belum usai, perjuangan masih panjang. Masih banyak yang mereka ingin capai, namun waktu tidak mengizinkan. Maka kita lah sebagai penerus mereka yang berkewajiban mengemban tugas lanjutan itu.
Terutama kita sebagai mahasiswa, yang dipandang dengan kebrilianan dan kecerdasannya, ya walaupun pandangan ini tidah 100% benar. Kita adalah “agent of change”, agen perubahan. Kenapa dikatan seperti itu? Ya, tidak lain tidak bukan, karena kitalah yang mampu melanjutkan perjuangan mereka, dengan segala kelebihan dan kemampuan yang dimiliki. Kita mampu menguah dunia menjadi sesuatu yang kita inginkan. Kita memiliki kekuatan itu. Tinggal saja, yang perlu diperhatikaN, seberapa besar keinginan kita untuk melakukan perubahan itu, dan kearah manakah kita akan merubahnya.
Mahasiswa sebagai pahlawan masa kini, adalah kita yang sedang menyetir arah laju suatu bangsa. Kita yang sedang memangku tanggung jawab sebagai khalifah di bumi. Yang tidak menuding kesalahan orang lain sebagai penyebab dari hancurnya suatu bangsa. Menjadi mahasiswa yang  selain memiliki dua ratus milyar sel otak juga memiliki  akhlak mulia yang nantinya akan menentukan keberlangsungan cita- cita luhur para “malaikat bumi”
Sungguh, membandingkan kita yg hidup di zaman sekarang ini  dengan para pejuang dahulu seperti membandingkan setetes air dalam segayung hikmah-terlalu hiperbol jika bandingkan dengan lautan. Sebaiknya kita Tanya pada diri kita, taya pada hati kita. Apa yg sudah kita lakukan untuk agama dan bangsa? ah, terlalu muluk. untuk diri kita sendiri dan keluarga?
dunia  membutuhkan orang-orang yg berani mengorbankan waktu mudanya demi kemaslahatan ummat, tentunya dengan tidak sembrono dan tanpa ilmu.
 Ketahuilah,  kitalah pemuda- pemudi yang dirindukan “malaikat bumi”  saudaraku. masa depan agama dan bangsa ada di pundak kita. apa kita masih harus menunggu King Arthur kemenangan? kitalah, ya kita, saya kamu dan mereka di luar sana adalah King Arthur kemenangan, sang pembawa kemenangan islam dan juga dunia. siapa lagi kalau bukan kita pemuda. Sudah saatnya pemuda islam membentuk peradaban, bukan kebobrokan peradaban yg membentuk kita.
Karena kitalah, wahai pemuda, penerus “malaikat bumi”. Mereka merindukan kita. Menginginkan aksi kita. Dan bersiaplah , wahai pemuda- pemudi , melihat senyum terindah mereka.