Penerus
“malaikat bumi”
Bergerak bergerak
Serentak Serentak
Menerkam Menerjang Terkam
Tak gentar tak gentarSerentak Serentak
Menerkam Menerjang Terkam
Menyerang menyerang
Majulah majulah menang
Sepenggal lirik lagu
diatas tentunya mengingatkan kembali pada kita akan perjuangan sosok-
sosok “malaikat bumi”, yang membela
mati-matian keberadaan bumi pertiwi. Seluruh jiwa, raga, dan harta mereka kerahkan demi sebuah kata “merdeka”. Slogan
merdeka atau mati yang diiringi gema takbir “Allahu Akbar” yang dikumandangkan
para pejuang muslim saat itu, tidak akan pernah sirna dari pikiran dan semangat suci mereka hingga
kemenangan itu berada digenggaman.
Perjuangan yang dilakukan bukan lah sebentar. Melainkan berabad- abad. Begitu
banyaknya pahlawan yang rela gugur. Tidak
peduli sasaran senapan, peluru, panah,
bahkan bom sekalipun didepan mereka. Seperti yang kita ketahui, perjuangan itu
berawal dari jauh- jauhi hari seblum Indonesia merdeka, hingga Indonesia
merengkuh kemerdekaan sekalipun.
Jika kita berbalik, menoropong, dan merasakan
betul setiap bentuk perjuangan hebat itu,
yakinlah, anda, saya, kita semua, tak akan mampu menahan air mata, tak akan
mampu berkata- kata, karena sungguh seluruh perjungan yang mereka lakukan tidak akan pernah kita lakukan lagi di masa
modern ini. Ya,, mereka ibarat petani yang sedang menanam padi di puncak mount everest, walau mustahil, tetapi mereka tetap berusaha
dengan segala upaya, lalu mereka mati kedinginan disaat padi mulai tumbuh . ya, mereka belum sempat merasakan manisnya
hasil panenan. Lantas siapa yang merasaknnya?? Siapa lagi kalau bukan orang-
orang setelah mereka, anak mereka. Ya, Kita-
lah anak mereka. Kita lah yang betul – betul menikmati dan merasakan setiap tetes keringat
darah jerih payah itu. Namun mereka adalah petani mulia dan luar biasa , yang
tetap tersenyum bangga tidak bias
merasakan langsung panenanya, karena ada generasi selanjutnya yang akan
merasakn manisnya hasil tanaman mereka. Subhanallah, begitu hebat nya “malaikat
bumi” itu.
Masih ingatkah kita pada sosok pemuda
kelahiran Surabaya, yang sangat mengahargai arti penting pendidikan, pemuda yang berani untuk berbicara terus
terang , seorang pekerja keras yang selalu berusaha untuk memperbaiki keadaan
??? Ya, dialah Sutomo,mungkin kita lebih mengenalnya dengan sebutan “Bung Tomo”. Salah satu diantara sekian banyak “malaikat
bumi” yang kita miliki. Peringatan hari pahlawan yang jatuh pada tanggal 10
november setiap tahunya bertepatan dengan hari dimana para pejuang Surabaya “kembali” mengerahkan dan mengibakkan
sayapnya untuk membela bangsa yang
sebenanya telah merdeka . Mereka penjajah tak beradab, kembali memberikan
serangan- serangannya, beberapa saat setelah Indonesia dinytakan merdeka. Peristiwa besar itu kita kenal dengan
Pertempuran Surabaya yang terjadi pada tanggal 10 November 1945. Namun,
“malaikat bumi” tetap lah malaikat. Yang tak akan pernah gentar sekalipun. Bung
Tomo, Pemimpin Pertempuran Surabaya berteriak dan mengobarkan api semangat
yang meyala-nyala kepada jutaan pasang mata pemuda tanah air untuk bangkit, untuk
bangun, untuk berjuang bersama merapatkan barisan, menjaga pertahanan,
dan membela martabat bangsa. Dentuman bom, teriakan kesakitan, tangis
bahkan darah pun bercucuran di jalan, tetes air mata dan keringat
pengorbanan sudah hilang begitu banyak, tapi mereka tidak peduli. Mereka
para pemuda hanya berpikir , kita harus merdeka !
Sungguh semangat
perjuangan yang sangat luar biasa hebatnya.Dan Alhamdulillah, berkat rahmat dan
pertolongan Allah , sekarang negar kita, Indonesia, sudah terlepas dari cengkraman sang penjajah.
Tidak ada lagi sosok- sosok kejam dan
keji seperti mereka. Tidak ada lagi suara dentuman bom, tidak perlu lagi
bersusah payah mengangkat senjata, tidak juga menyiapkan bambu runcing
kalau-kalau sang penjajah menyerang,
tidak ada lagi bangsa lain yang akan datang menembaki jiwa jiwa tak
bersalah. tidak. Kita hanya tinggal
menikmati
Lantas pantas kah kita
hanya menukmati? Pantaskah kita hanya bersorak dan bertepuk tangan saja? Pantas
kah kita berhenti, berdiam diri, mengggap perjuangan telah usai?? Tentu tidak. Sungguh
pribadi tidak tahu diri lah kita , bila kita hanya mengucapkan “Alhamdulillah,
trimakasih, atas kemerdekaan ini” tanpa ada tindakan yang kita lakukan. Kita
memnag tidak diminta untuk mengangkat senjata berupa bamboo, senapan, dan lain
sebagainya. Namun, kita sebagia penerus mereka diminta mengangkat senjata,
berupa ilmu, pengetahuan, wawasan, dan seabrek tindakan- tindakan positif yang
dapat kita lakukan. Saya yakin, “malaikat bumi” akan bersedih, bila melihat
kita hanya diam terpaku tanpa melanjutkan perjuangan mereka. Ya, teman,
perjuangan ternyta belum usai, perjuangan masih panjang. Masih banyak yang
mereka ingin capai, namun waktu tidak mengizinkan. Maka kita lah sebagai
penerus mereka yang berkewajiban mengemban tugas lanjutan itu.
Terutama kita sebagai
mahasiswa, yang dipandang dengan kebrilianan dan kecerdasannya, ya walaupun
pandangan ini tidah 100% benar. Kita adalah “agent of change”, agen perubahan.
Kenapa dikatan seperti itu? Ya, tidak lain tidak bukan, karena kitalah yang
mampu melanjutkan perjuangan mereka, dengan segala kelebihan dan kemampuan yang
dimiliki. Kita mampu menguah dunia menjadi sesuatu yang kita inginkan. Kita
memiliki kekuatan itu. Tinggal saja, yang perlu diperhatikaN, seberapa besar
keinginan kita untuk melakukan perubahan itu, dan kearah manakah kita akan
merubahnya.
Mahasiswa sebagai
pahlawan masa kini, adalah kita yang sedang menyetir arah laju suatu bangsa.
Kita yang sedang memangku tanggung jawab sebagai khalifah di bumi. Yang tidak
menuding kesalahan orang lain sebagai penyebab dari hancurnya suatu bangsa.
Menjadi mahasiswa yang selain memiliki
dua ratus milyar sel otak juga memiliki
akhlak mulia yang nantinya akan menentukan keberlangsungan cita- cita
luhur para “malaikat bumi”
Sungguh, membandingkan
kita yg hidup di zaman sekarang ini dengan para pejuang dahulu seperti
membandingkan setetes air dalam segayung hikmah-terlalu hiperbol jika
bandingkan dengan lautan. Sebaiknya kita Tanya pada diri kita, taya pada hati
kita. Apa yg sudah kita lakukan untuk agama dan bangsa? ah, terlalu muluk.
untuk diri kita sendiri dan keluarga?
dunia membutuhkan orang-orang yg berani mengorbankan waktu mudanya demi kemaslahatan ummat, tentunya dengan tidak sembrono dan tanpa ilmu.
dunia membutuhkan orang-orang yg berani mengorbankan waktu mudanya demi kemaslahatan ummat, tentunya dengan tidak sembrono dan tanpa ilmu.
Ketahuilah, kitalah pemuda- pemudi yang dirindukan
“malaikat bumi” saudaraku. masa depan
agama dan bangsa ada di pundak kita. apa kita masih harus menunggu King Arthur kemenangan?
kitalah, ya kita, saya kamu dan mereka di luar sana adalah King Arthur
kemenangan, sang pembawa kemenangan islam dan juga dunia. siapa lagi kalau
bukan kita pemuda. Sudah saatnya pemuda islam membentuk peradaban, bukan
kebobrokan peradaban yg membentuk kita.
Karena kitalah, wahai
pemuda, penerus “malaikat bumi”. Mereka merindukan kita. Menginginkan aksi
kita. Dan bersiaplah , wahai pemuda- pemudi , melihat senyum terindah mereka.
…