Yesika Lamtiur Hutabarat: Mari Melawan, Pahlawan!


Mari Melawan, Pahlawan!
            Tidak terasa, sampai sudah kita di tahun ke- 67, terhitung sejak 10 November 1945, yang merupakan tanggal kelahiran dari “Hari Pahlawan Nasional”. Hari Pahlawan Nasional, hari peringatan untuk jasa para pahlawan kita. Ya, pahlawan kita juga, para mahasiswa, dan juga pahlawan demi lahirnya negara kita, Republik Indonesia. Jikalau dulu mereka adalah pahlawan kita, maka sudahlah pasti bahwa kita adalah pahlawan bagi anak-cucu kita nanti. Tidakkah kau ingin disebut sebagai seorang pahlawan? Atau tepatnya, “pahlawan masa kini” bagi kita, dan “pahlawan masa lalu” bagi generasi-mu kelak? Jika kau menanyakan hal yang sama kepadaku, aku akan menjawab “Ya”. Karena tidak ada satupun alasan yang tersedia bagiku untuk menolak.
            Pahlawan, dipandang dari sisi manapun, dari sudut manapun, tetap akan memberikan pengertian yang baik bagi siapapun, dan dimanapun. Pahlawan diibaratkan sebagai seseorang yang berjuang melawan ketidaksesuaian yang melanda dirinya beserta kaumnya sehingga menimbulkan hal-hal yang merugikan mereka, hanya dengan 1 hal. Keberanian. Pahlawan bukan bermodal-utamakan senjata dan tameng, namun bermodalkan keberanian. Keberanian yang sungguh mendalam akibat kesedihan melihat dia dan kaumnya yang ditindas oleh orang yang tak pantas. Untuk itulah mereka melawan, demi kebaikan kaumnya, demi kebebasan, demi kita. Mereka ingin kita para anak-cucunya bisa bebas tanpa harus menjadi budak keegoisan.
            Hari Pahlawan Nasional, sudah pantaskah kita merayakannya? Tentu sudah, tapi hanya disatu sisi. Ya, disatu sisi kita memang bebas, merdeka, tidak dijajah, tidak diperbudak, tidak harus bekerja keras mengumpulkan rempah rempah yang malah akan dijual sangat murah, berupah kecil, berbaju compang-camping dan lain-lain. Tetapi disisi yang lain, sepertinya tidak. Negara kita kini malah dikenal berbudayakan korupsi, menjajah rakyatnya sendiri. Lucu sekali. Tidak hanya generasi selanjutnya yang “akan” kecewa, tetapi para pahlawan kita yang telah tiada juga akan kecewa. Kecewa yang mendalam, sama dalamnya seperti keberanian mereka untuk menentang penjajah, atau mungkin lebih dalam daripada itu? Mungkin tak dapat terbayangkan oleh mereka dulu, bahwa negara yang mereka perjuangkan kini malah menjajah bangsanya sendiri. Tidakkah kau rasakan jeritan mereka yang ingin bangkit kembali untuk melawan kaumnya sendiri yang sudah dibutakan oleh keegoisan diri? Dimana ada beberapa dari kaumnya yang berkuasa malah kembali menindas mereka yang tak pantas ditindas secara keterlaluan?
            Teman, kita adalah mahasiswa, bibit-bibit peninggalan para pahlawan kita, kita adalah keturunan mereka! Kita satu! Kita bangsa Indonesia! Tidakkah kau ingin menunjukkan kepada dunia, bahwa dirimu merupakan keturunan orang-orang pemberani asal Indonesia? Tidakkah kau ingin menunjukkan kepada dunia, inilah Indonesia, negara yang dulunya dijajah yang kini harus kalian segani! Tidakkah kau ingin, negaramu yang kini masih dibantu negara lain, bisa berdiri lebih kokoh dan berbalik membantu negara lain karena jasamu? Ya! Kita bisa melakukan itu! Kita generasi muda para pengubah Indonesia, para pengubah pandangan dunia menjadi lebih baik atas negeri kita tercinta. Lantas apa yang kau takutkan? Kau tidak memiliki keberanian yang membara karena kau tidak dijajah dengan kekerasan? Hei sadarlah teman, kau tidak berjuang untuk dirimu sendiri. Ingat? Para pahlawan berjuang untuk dia dan kaumnya. Begitupun halnya dirimu, kau tidak hanya memperjuangkan kepentingan 1 orang, 10 orang, 100 orang. Tidak. Kau memperjuangkan hak seluruh warga negara Indonesia.
            Jikalau kau memang bersedia, lantas apa yang akan kau lakukan? Ya, melawan! Melawan apa yang tidak membawa kebaikan untuk negara kita ini, lalu sebagai gantinya, kitalah para pembawa kebaikan itu. Lalu apakah perlawanan kita harus melakukannya dengan kekerasan? Tentu tidak. Kekerasan sudah tidak zamannya untuk kita mahasiswa, para orang berilmu, berpendidikan. Kita dijajah oleh mereka yang pintar namun licik? Maka lawan mereka dengan kepintaran dan kebijakan! Otak lawan dengan otak! Pikiran lawan dengan pikiran! Pemikiran lawan dengan pemikiran! Kita dan mereka itu sama! Mereka menindas kita dengan kekuasaan? Maka buatlah dirimu memiliki kekuasaan, teman. Bukan dengan materi, tetapi dengan otak. Mari kita pakai otak kita ini, kita pakai waktu kita ini, kita pakai semua yang tersedia karena Yang Maha Kuasa dan atas jasa para pahlawan kita. Bukankah balas jasa adalah hal yang mulia? Bukan hanya membalas jasa, kita juga telah berinvestasi hal-hal baik untuk anak-cucu kita kelak. Siapapun orang itu, selama dia masih normal, dia pasti menginginkan hal-hal baik menyapa dirinya beserta kaumnya.
            Banyak hal yang bisa kau lakukan untuk menjadi seorang pahlawan wahai engkau para mahasiswa. Kuasai bidangmu, apapun itu. Ciptakan seorang mahasiswa berkualitas, beretika dan siap membawa perubahan. Dimulai dari perubahan kecil dikelasmu, dijurusanmu, difakultasmu, berlanjut ke universitasmu. Lalu berangkatlah membawa perubahan di Indonesia. Bawa nama Indonesia tinggi dihadapan dunia. Karena kitalah harapan para pahlawan kita, harapan mereka anak-cucu kita yang kelak akan menempati negara kita. Mampukan dirimu untuk tidak sekedar menjadi harapan, namun pahlawan. Pahlawan bagi dirimu, bagi kaummu saat ini, dan bagi kaummu di masa depan. Jadilah penerus para pahlawan. Maka dari itu, dimulai dari sekarang, mari melawan, pahlawan!

Oleh :
Yesika Lamtiur Hutabarat